𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟑𝟓 ~ 𝐊𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐌𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐞𝐣𝐮𝐭𝐤𝐚𝐧𝐤𝐮
"Kenapa lu terkejut Senn... tadi lu lagi ngapain hayoooo...." nanya ci Velin karena dia sempat melihat tanganku masuk ke dalam celanaku. Gitu mereka masuk dengan cepat ku keluarkan.
"Gak koq cie... burungku gatal, emang gak boleh aku garuk... ?! jawabku.
"Ohh gitu ya... beneran lu garuk atau lu kocok Sennn...jujur lu...!!! desak ci Velin.
"Linnn.... itu privasi nya Asen, jangan lu ledekin...." kata Mama
"Tuhh denger lu apa kata Mama... itu privasi gw jelas loo...." tegasku
"Kalo gitu lu beneran lagi ngurusin urusan privasi lu di balik celana dong....?! Beneran kan?! desak Ci Velin gak puas.
"Kalo iya emang kenapa cieeee..... sibuk luuu...?! kutantang balik.
"Maaaaa.... si Asen udah ngakuu.... lagi mainin burungnyaaa...hahahahaha...!!! ucap ci Velin.
"Emang beneran Senn...?! tanya Mama yang sedang mengeringkan rambutnya dengan blower.
"Iya Maaa...." jawabku jujur karena tidak mungkin aku membohongi Mamaku.
"Gak apa koq Sen...lu gak usah malu... kita semua udah dewasa, lu sendiri juga udah dewasa Senn... kita semua boleh saling terbuka saja karena kita ini satu keluarga..." jelas Mama.
"Iya Maaa..." jawabku.
"Ok kalau begitu Mama mau nanya...tapi lu harus jawab jujur....bisa kah? tanya Mama serius
"Bisa Ma.. apaan sih Ma?? tanyaku penasaran.
"Lu lagi sange gak Sennn.... jawab jujur...?! tanya Mama tegas.
"Hmmm... jujur sih iya Maaaa.... aku kan masih normal, kalo ingat Mama tadi sama Pak Raul aku terangsang Maaa..." jawabku jujur.
"Ya udah... Mama maklumi koq... yukkk Linnn... seperti yang tadi kita bilang di kamar mandi, kita nolongi adek lu ini..." ajak Mama. Aku tidak paham apa maksud perkataan Mama kepada Ci Velin.
Mama dan Ci Velin sama-sama menanggalkan handuk mereka. Terpampang tubuh telanjang Mama dan ci Velin di hadapanku. Mereka mendekatiku lalu duduk di ranjangku di kiri dan kanan ku.
"Sennn... kami senang banget karena lu udah nunggui kami sampai gak bisa tidur... lu masih peduli sama Mama dan cici lu ini.. tidak seperti Papa yang sudah enak2an tidur...." kata Mama.
"Betul Sennn... aku dan Mama merasa senang masih ada satu cowok dalam keluarga kita yang bisa diharapkan, yaitu lu Sennn...." kata ci Velin.
"Iya sih terus kalian mo apa nih...?! tanyaku dengan pikiran yang masih belum nyambung.
Ci Velin menaikkan baju kaosku dan Mama melepaskan celana tidur beserta celana dalamku.Kontolku yang sudah tegak berdiri menyembul keluar.
"Sennn... penis lu termasuk besar... Mama bangga punya anak laki-laki yang perkasa begini..." kata Mama sambil menjilat penisku sambil disepong.
"Aaahhhh...iya sih, tapi pasti masih kalah dari Pak Raul... betul kan Maaa...?! tanyaku penasaran dengan jawaban Mama.
"Emm... itu beda Sennn... Pak Raul itu lelaki India, punya mereka memang besar2 Senn... tapi punya kamu juga besar Sennn... seperti umumnya lelaki pribumi..." kata Mama sambil mengenggam penisku.
"Tapi aku ini kan orang Tionghoa.... bukan pribumi Maaaa..." jawabku
"Gak Sennn... lu punya darah orang pribumi Sennn...." kata Mama.
"HAH..?! Mana mungkin... Papa dan Mama kan orang Tionghoa, gimana aku bisa punya darah Pribumi...???!! aku benar tidak mengerti.
"Iya Maaaa... aku gak paham Maaa... maksud Mama apa sihh...?! ci Velin juga ikutan bingung dengan penyataan Mama.
"Kalau Velin itu murni orang Tionghoa... tadi kamu ngak Sennn..." jawab Mama
"Hahhhh...?!!?? Atau jangan-jangan aku bukan anak kandung Papa ya...???? tanyaku makin penasaran.
"Betul Sennnn...!!! Papa nya Velin bukan Papa mu... tapi Papa mu tidak tahu soal itu... dia pikir lu ini anak kandungnya... tapi sebenarnya bukan..." jelas Mama
"Berarti Papa kandungku orang pribumi dong Maaa...??? tanyaku
"Bener Sennn... Papa lu orang Pribumi yang hebat..." kata Mama semakin bernafsu menyepong kontolku.
"Aaaaahh Maaa enakkk Maaaa..... terusss Papa kandungku di mana sekarang...??? tanyaku sambil mendesah keenakan disepong Mama.
"Dia sudah tiada sebelum lu lahir Sennn... gara-gara kecelakaan bus sewaktu pulang merantau dari ibukota...." kata Mama dengan sedih tapi isapannya semakin kuat terasa pada kontolku.
"Enak sayanggggg....?!!! Srrrruuuupppp...srrruuuuppp...."
"Aaaaahhh enakkkk Maaaa....aaaahhhh...!!! erangku dengan heran. Kenapa Mama semakin bernafsu ketika ingat kisah sedih di masa lalunya. Air mata Mama menetes mengenai kontolku tapi makin cepat mengulum kontolku.
"Udahhh Maaaa..... udahhhh... kenapa Mama lagi sedih tapi mau lakuin ini Maaa...??? tanyaku sambil menghentikan Mama, lalu Mama duduk di sampingku.
"Mama duduk dulu, biar aku gantiin..." kata ci Velin yang jongkok di antara pahaku sambil menyepong kontolku. "Sruuuuupppp....hhhhmmm....hhhhmmmm....aaahh...aaahhh...."
"Aaaaahh cieee... aaaaahhhh..... makin pinter lu isap kontolll...." puji ku tapi gak dipedulikan.
Setelah Mama mengusap air matanya, dia mulai menceritakan kisah masa lalunya dengan perlahan-lahan.
"Dulu Papa kandungmu itu orang sini, namanya tidak pernah bisa Mama lupakan... biasanya Mama memanggil dia "Bang Aan" karena namanya Anwar...usianya di atas Mama 1 tahun... dia pelanggan setia Papa di toko bangunan yang sudah bangkrut itu... dia sering mampir ke toko, kalau Papa gak ada dia banyak bantui Mama... kadang ada preman2 minta uang dia yang lindungi Mama dari preman itu... kadang buruh gudang gak masuk dia bantuin angkat2 barang dengan sukarela... dia baik sekali, sangat perhatian dan suka bercanda... Mama pun memberanikan diri untuk curhat padanya di saat Papa gak mau dengarin dan Mama yang lagi butuh seseorang untuk mendengarkan curhatan hati...waktu itu umur Velin masih belum 2 tahun, Mama lagi cepek merawat Velin sambil disuruh Papa jaga toko, jadi Mama butuh tempat untuk melepas penat....bang Anwar selalu siap untuk ku kapan saja.." curhat Mama dengan mata berkaca-kaca mengingat masa-masa itu.
"Trus Maaa...?! kataku
"Suatu kali Papamu masuk rumah sakit terkena tipes akibat kelelahan selama 1 mingguan... di saat itu Mama mengurus toko sendiri sampai setengah mati... untung bang Anwar ikut bantu sampai tutup toko selama seminggu... di hari kedua sejak Papa masuk rumah sakit, malamnya mati listrik... genset rumah rusak, jadi Mama malam2 nelpon bang Anwar untuk perbaiki dan hidupkan.. ternyata memang sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki malam itu... Velin terus menangis karena kepanasan gak bisa hidupkan AC kamar... Mama udah capek banget menenangkan Velin tapi tangisan tidak mau berhenti...maka papa kandungmu bersedia menemani Mama dan Velin malam itu..."
"Bang Anwar pun ikutan sibuk menenangkan Velin sampai akhirnya berhasil menidurkannya, dia mengendong Velin sambil mengipas-ngipas tanpa lelah seakan anak sendiri... setelah Velin tidur nyenyak dia meletakkan di tempat tidur anak dalam kamar Mama....",
Wajah Mama tersenyum sendiri dan ci Velin masih menyepong kontolku sambil mendengar cerita Mama.
"Sejak itu pandangan Mama berubah terhadap sosok lelaki pribumi... selama ini Mama berpikir kalau lelaki pribumi itu orangnya jahat, kasar dan galak.... terus hanya mau cari untung sama kita orang Tionghoa.... Papa kandungmu menunjukkan pada Mama kalau ternyata semua itu salah besar...."
"Bang Anwar bilang, senang ya kalau punya anak... bahagia rasanya... Mamapun bilangin dia, makanya cepat nikah...tapi dia malah membalas pengennya menikah dengan Mama...tapi mana mungkin itu terjadi.."
Suasana hati Mama sudah mulai membaik. Tadinya cara bercerita Mama sepengal-sepengal, kini cerita Mama semakin semangat menceritakan masa lalunya.
"Sepanjang malam kami duduk di lantai ngobrol di kamar tidur Mama sambil menemani Velin. Kami ngobrol dengan suara yang pelan agar tidak membangunkan Velin. Bang Anwar orangnya memang kocak, gurauannya membuat Mama tertawa sampai membangunkan Velin. Mama dengan cepat mengendong Velin dan berusaha menidurkan kembali. Bang Anwarpun ikut bantu mengipas agar Velin tidak kepanasan karena listrik belum juga hidup. Penerangan kamar hanya menggunakan lampu emergency lamp yang sudah hampir padam setelah dihidupkan selama beberapa jam padam listrik. Untunglah Velin berhasil kami tidurkan kembali. Kami tidak berani meninggalkan kamar karena kuatir Velin terbangun tidak ada yang menemani."
"Fuihh...dengan hati yang lega karena sudah menidurkan Velin, kami pun bernafas lega kembali duduk di lantai tapi kali ini hanya membisu. Usaha menidurkan Velin cukup menguras tenaga karena Velin digendong, sambil berjalan kesana kemari dan digoyang. Suhu kamar terasa panas karena tidak ada AC sehingga menidurkan Velin cukup menguras keringat. Bang Anwar menatap Mama dan mengusap keringat Mama yang sedikit bercucuran pada wajah Mama."
"Diperlakukan begitu Mamapun terkejut, karena tangannya berani menyentuh wajah Mama. Dengan refleks tangan bang Anwar mama tepis. Setelah tepis beberapa kali bang Anwar mengangkap pergelangan tangan Mama lalu dengan cepat mencium bibir Mama."
"Trus... Mama pasrah aja dicium sama dia gitu...?" tanyaku penasaran.
"Emangnya Mama lu ini murahan gitu Sen... gak la yaaa... waktu itu Mama juga gak sudi dicium sama Bang Anwar. Apalagi dia itu orang pribumi, boro-boro Mama mau dicium, disentuh aja Mama merasa geli sendiri..." tegas Mama
"Laahh...terus Mama gimana nolaknya ?! tanyaku
"Mama mau mendorong Bang Anwar supaya dia berhenti mencium Mama, tapi kedua tangan Mama ditahan olehnya. Mama menjauhkan kepala tapi kepalanya terus mendekat. Setelah dia puas mencium Mama dia tiba-tiba berhenti lagi bilang: "Abang cinta sama kamu Lingg... Abang ingin nikah sama kamu..." Mama bilangin kalau dia udah gila, Mama udah punya suami gak mungkin nikah sama dia lagi."
"Bang Anwar tanpa berpikir panjang bilang ke Mama: "Abang ingin memiliki AiLing selamanya... abang akan membahagiakan kamu sayangg..." Mendengar kata-kata bang Anwar yang sudah tidak masuk akal, Mama menyuruh dia pulang. Tapi dia gak mau dengar, malah Mama ditarik lalu kembali dia mencium bibir Mama dengan paksa."
"Mama berusaha menyadarkan bang Anwar tapi gak bisa. Malahan dia bilang: Kenapa Aling nolak abang..??? Apakah abang gak lebih baik dari koh Afuk ??? atau jangan-jangan Aling nolak abang karena abang ini orang pribumi ?? Gitukan..?! Ayo jawab Ling...!!!" Yang pasti Mama kan sudah menikah, kalaupun Mama belum menikah, Mama juga gak akan mau sama laki pribumi kayak bang Anwar. Mama berpikir supaya dia berhenti bertindak lebih jauh mungkin lebih baik Mama jawab jujur supaya dia marah dan pergi."
"Iyaaaa banggg... aku gak mau sama laki pribumi, abang pulang saja... berhenti menyentuh aku... hentikannn...!!! jawab Mama.
"Oooohhh begitu yaaa rupanya ..?! Tapi abang paling suka sama wanita cina seperti Aling ini... udah cantik, putih, seksi....dari pertama abang lihat Aling abang sudah tertarik... abang ingin memiliki istri seperti Aling ini... kata bang Anwar sambil berusaha mencium Mama"
"Waktu itu Mama membenarkan diri kalau memang laki pribumi itu memang kasar, soalnya Bang Anwar terus mendekat dan berusaha mencium Mama. Baunya keringat bang Anwar cukup menyengat di hidung Mama, rasanya ingin muntah. Nafas mulutnya juga gak kalah baunya. Mama terus menolak sampai kedua tangannya menahan kepala Mama, tangan Mama gak kuat melepaskan cengkramannya."
"Mama terus dicium bang Anwar sampai Mama menyerah sendiri dan pasrah terhadap lumatan mulutnya. Sebagai wanita, Mama dicium lelaki begitu pasti ada rasa nikmat dan bisa terangsang. Lama kelamaan Mama sudah bisa beradaptasi dengan bau mulutnya. Bang Anwar tahu kalau Mama mulai menikmati ciumannya. Bahkan air liarnya sudah tidak berasa apa-apa. Lidahnya dijulurkan sampai lidah kami saling beradu dan air liur kami bercampur tanpa rasa jijik lagi."
"Tangan bang Anwar mulai berani bergerak lebih jauh menyusup ke dalam pakaian tidur Mama. Dan tangan lainnya membelai lembut rambut Mama sambil berciuman. Masih jelas dalam ingatan Mama waktu itu Mama memakin baju tidur warna hitam hadiah dari Papa dalam rangka ulang tahun pernikahan yang pertama, berbahan satin halus dan modelnya gaun lingerie satu tali mengantung di bahu Mama yang panjangnya sebatas paha.
Salah satu tangan bang Anwar dengan mudah menjangkau payudara Mama karena malam itu Mama tidak pakai beha seperti kebiasaan sampai sekarang. Terasa remasannya tangan kasar bang Anwar membuat Mama semakin terangsang, sentuhan jari kasarnya pada puting Mama membuat Mama geli setengah mati. Tanpa sadar tangan Mama malah menuntun tangan bang Anwar untuk memindahkan tangannya ke payudara yang satu lagi untuk diremas-remas. Kedua payudara Mama dimainkan bang Anwar bergantian sehingga kedua tali tipis baju tidur Mama tergeser dari bahu terjatuh ke lengan."
"Semakin lama Mama semakin menikmati semua perbuatan Bang Anwar. Mama tidak lagi menolak ketika dia mengendong Mama dari lantai berpindah ke ranjang. Mama dibaringkan ke ranjang malam pertama pernikahan Mama dan Papa. Namun malam itu seakan menjadi malam pertama Mama dengan bang Anwar. Dia menatap wajah Mama dengan penuh arti sambil memuji, "Kamu cantik sekali Ling... abang suka wanita cina seperti Aling ini...dari dulu abang selalu bermimpi pengen punya istri orang cina..." Mama diam tidak mampu menjawab dia apapun.
Bang Anwar bertanya lagi, "Ling... kamu mau gak nikah sama laki pribumi seperti abang ini...?"
Mama jawab dia: "Kalau boleh jujur aku gak mau.."
"Kenapa tidak mau...?", dia tanya lagi
"Setahu aku laki pribumi itu orangnya jahat..." jawab Mama.
"Mana buktinya Ling..?? tanyanya.
"Buktinya sekarang ini abang lagi jahati aku.. terus laki pribumi itu orangnya mesuk dan suka kasar..." jawab Mama
"Hehe.. tapi kamu suka bukan kalau abang jahati.... biar kamu tahu Ling... orang pribumi bukan mau mesum apalagi kasar, cuma salah wanita cina yang terlalu seksi sangat menggoda kayak Aling ini, sudah menggoda abang..." begitu penjelasan bang Anwar.
"Dasar pribumi mesum lu bang..." Mama mengejek bang Anwar tapi dibalas " Dasar wanita cina munafik..." balasnya. "Loh... koq bilang begitu sih..?! tanya Mama agak kesal dengan perkataannya.
"Emang benar kan Linggg...lu aja suka abang jahati begini..." jawab Bang Anwar.
Mendengar jawaban bang Anwar, sebagai wanita Mama tidak bisa terima dikatain begitu. Mama kesal ingin menyudahi semua itu, tapi Bang Anwar tidak mau melepaskan Mama. Mama yang dalam keadaan terbaring di ranjang, dia memaksa untuk menyetubuhi Mama dengan ciuman bertubi-tubi mulai dari bibir turun ke leher dan payudara Mama. Sejak itu, Mama membenarkan diri bahwa memang benar kalau laki pribumi itu memang kasar. Malam itu Mama seperti diperkosa di kamar Mama sendiri. Tidak sanggup Mama menghentikan perlakuan kasar bang Anwar. Bang Anwar terlalu kuat dan tubuhnya terlalu besar buat Mama.
Dengan sigap Bang Anwar melepaskan semua pakaian tidur Mama tanpa sisa. Namun dia tidak sempat melepaskan pakaiannya sendiri karena Mama memberontak saat dia ingin menyetubuhi Mama. Bang Anwar tidak menyerah dan terus ingin menyetubuhi Mama dengan paksa. Namun penolakan Mama berakhir saat bang Anwar berhasil membuat Mama orgasme dengan permainan jarinya pada kemaluan Mama. Wanita mana yang sanggup menolak kenikmatan dari sebuah orgasme.
Saat Mama sudah kelelahan dan lemas setelah orgasme, bang Anwar punya kesempatan melepaskan pakaiannya di hadapan Mama. Tidak pernah Mama sangka kalau malam itu ada seorang lelaki pribumi yang bertubuh besar akan menyetubuhi Mama. Dalam keadaan telanjang bulat, bang Anwar mendekatkan tubuhnya pada Mama. Tercium bau keringatnya yang menyengat pada tubuhnya. Baunya agak berbeda dengan bau tubuh Papa. Mungkin ini bau khas lelaki pribumi. Selama ini Mama pernah cium bau keringat pribumi dari para buruh toko Papa, tapi Mama bisa menjauh dan menghindar dari mereka. Sejujurnya Mama sebagai wanita yang suka menjaga kebersihan tentu merasa jijik dengan bau keringat laki pribumi. Tapi kali ini, Mama pasrah tidak bisa menghindar dari bau jijik ini.
Melihat Mama yang sudah pasrah, kedua payudara Mama kembali dilahapnya secara bergantian sambil diremas.Bang Anwar menjilat puting susu Mama sambil diisap seperti anak bayi sampai air liurnya membasahi payudara Mama. Bang Anwar terus memberikan jilatan pada tubuh Mama sampai ludahnya menempel dari payudara sampai perut. Jilatan Bang Anwar terus bergerak sampai ke selangkangan Mama, menjilati bibir vagina Mama naik turun. Lidahnya menerobos masuk ke titip paling sensitif membuat Mama geli banget.
Menyaksian apa yang dilakukan bang Anwar, hati Mama tergugah. Tanpa rasa jijik dia menjilati alat kelamin Mama. Bukankah kelamin Mama itu bau karena untuk pipis. Papa saja tidak mau menjilati vagina Mama karena bau pesing. Tanpa mengeluh, Bang Anwar menjilati organ kelamin Mama dengan penuh gairah. Kalau bang Anwar tidak merasa jijik terhadap Mama, kenapa Mama harus jijik terhadap dia. Sungguh luar biasa cara lelaki pribumi memperlakukan wanitanya saat bercinta. Rasa jijikku berganti menjadi decak kagum. Semakin lama Bang Anwar menjilati vagina Mama, semakin kagum Mama terhadap lelaki pribumi ini. Tangan Mama pun membelai kepalanya yang sedang terhimpit dalam selangkangan. Nikmat sekali jilatan bang Anwar pada vagina Mama. Perlakuan ini tidak pernah Mama dapat dari Papa.
Mama bilang ke bang Anwar: "Bang berani sekali jilat kemaluan aku... emang gak bau ?! "
"Bau Ling..." jawabnya. "Terus kenapa bang jilat kalo bau...? tanya Mama.
"Itulah bukti cinta abang sama Aling... abang tulus mencintai Aling... apa artinya bau dibanding dengan cinta..." begitu jawab bang Anwar kembali melanjutkan jilatannya. Enak sekali jilatan bang Anwar sampai sekali lagi membuat Mama mencapai orgasme, kenikmatan ini belum bisa Mama lupakan sampai sekarang. Mama menutup mulut Mama karena ingin mendesah tapi takut membangunkan Velin.
Suhu badan kami semakin panas karena listrik masih padam sehingga AC tidak bisa hidup. Tubuh kami terus bercucuran keringat karena persetubuhan ini. Setelah puas menikmati vagina Mama, Bang Anwar mendekapi Mama dengan tubuhnya sampai tubuh kami rapat menempel. Keringat kami bercampur baur sampai bau lelaki pribumi yang Mama anggap bau selama ini menempel pada tubuh Mama. Kini Mama sudah tidak peduli dengan bau bang Anwar ini sebagaimana mama terbiasa dengan bau Papa. Mama sudah bisa menerima lelaki pribumi yang menyukai Mama dari luar dan dalam tanpa rasa bersalah.
Akhirnya Bang Anwar ingin memasukkan penisnya ke dalam vagina Mama. Waktu itu Mama terkejut sekali baru menyadari kalau penis pribumi itu ternyata begitu besar. Punya Papa jelas tidak sebesar itu. Mama takut sekali karena pasti sakit kalau dimasukkan. Tapi Mama tidak boleh egois. Bang Anwar sudah memberi Mama orgasme dua kali, bang Anwar juga berhak mendapatkan kepuasannya malam itu. Tidak tega mama menolak bang Anwar. Mama biarkan saja dia memasukkan penisnya ke vagina Mama meskipun ada rasa ragu. Walaupun Mama sudah pernah melahirkan, tapi proses melahirkan pakai ceasar demi bentuk vagina Mama tetap terjaga.
Ini pertama sekali Mama merasakan penis lelaki pribumi. Ada rasa perih saat penis sebesar ini menerobos masuk ke vagina Mama. Setelah dimasukkan rasanya begitu penuh dan sesak. Awalnya Mama merasa sakit sekali saat Bang Anwar mengesek vagina Mama, tapi lama kelamaan menjadi nikmat sekali. Mama pikir selama ini kalau semua penis sama saja, tapi baru menyadari ternyata beda penis beda rasa. Dalam hati Mama mengakui kalau penis bang Anwar begitu nikmat terasa dalam vagina Mama. Tidak kuat Mama menahan desahan sampai membangunkan Velin.
Velin menangis sewaktu terbangun. Tapi rasa nikmat yang diberikan Bang Anwar membuat mama tidak ingin menghentikan persetubuhan ini, begitu pula dengan bang Anwar tidak mau berhenti mengoyang Mama. Tangisan Velin semakin keras karena desahan Mama yang juga semakin kuat. Hati Mama hanya bisa berkata kepada Velin: "Maafin Mama Lin... mama gak bisa berhenti sayang... ini terlalu nikmat... tunggu Mama sayang...tunggu sebentar lagii..."
Suara tangisan Velin mengiringi suara desahan Mama dan Bang Anwar. Tangisan Velin sama sekali tidak memperlambat goyangan Bang Anwar. Begitu juga dengan Mama, justru Mama menyemagati Bang Anwar agar lebih kencang mengoyang Mama. Malam itu, Mama ingin mencapai kepuasan yang belum pernah Mama rasakan sebelumnya. Mama hanya berharap lelaki pribumi ini yang membawa Mama mencapai kenikmatan puncak itu.
Mama meminta pada Bang Anwar agar jangan masukkan spermanya ke dalam dan dia menuruti apa kata Mama. Setelah Mama duluan mencapai orgasme tidak seberapa lama bang Anwar menyusul. Berhubung Velin memang sudah terbangun, kami mendesah sekuat-kuatnya karena gejolak puncak kenikmatan yang telah kami raih bersama.
Setelah kondisi kami stabil, baru kami berusaha menidurkan Velin kembali. Kali ini Velin semakin sulit ditidurkan karena terlanjur lama dia menangis. Sampai listrik akhirnya hidup kembali, segera Mama menghidupkan AC agar suhu ruangan menjadi dingin. Barulah Velin berhasil ditidurkan kembali.
Sejak malam itu, selama hampir minggu Papa masuk rumah sakit. Mama dan Bang Anwar mengulang kembali persetubuhan kami di rumah setelah Velin ditidurkan. Mama bahkan berani memberi kabar kepada Bang Anwar bahwa Velin sudah tidur, agar tengah Malam dia mampir ke rumah dan langsung menyetubuhi Mama. Kami melakukan di kamar lain agar bebas dari gangguan Velin. Sampai akhirnya Mama mengizinkan bang Anwar memasukkan spermanya ke dalam rahim Mama sampai berkali-kali.
Setelah Papa keluar dari rumah sakti, Mama sudah tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan bang Anwar karena kesibukan menjaga toko dan Velin sampai Mama mendengar kabar bahwa bang Anwar papa kandung Asen telah meninggal akibat kecelakaan bus.
"Sampai sekarang Mama masih merindukan bang Anwar...setiap kali mama bersetubuh dengan lelaki pribumi, mama selalu teringat pada papa kandung lu.... papa kandung lu adalah seorang pria sejati..." kata Mama meneteskan air mata.
"Sennn...udahan yaaa... tangan aku capek banget nih... lama banget padahal cerita Mama udah kelar....koq lu masih belum keluar sih...?!" keluh ci Velin karena belum berhasil membuat aku ejakulasi dengan mulutnya.
"Payah lu cieeee.... lu harus belajar lebih giat sama pacar lu...hahaha..!!! ledekku.
"Udah Lin... sini Mama gantikan... si Asen memang kuat Lin... dia mewarisi kemampuan papa kandungnya... Sen.... Mama puasin kamu pake mulut aja ya... soalnya vagina Mama masih sakit gara-gara habis main sama Pak Raul..." kata Mama mengantikan posisi ci Velin untuk menyepong kontolku.
"Iyaaa Maaa... memek aku juga sakit Maaa... cowo pribumi main nya memang kasar ya Maaa... tapi mereka kuat banget kalo main..." kata ci Velin
"Kayak pacar pribumi lu ya Cieee... kuatt...!!! ledekku.
"Heiii Sennn....!!!! jangan ngomong sembarangan... papa kandung lu pribumi, jadi lu juga cowo pribumi..." tegas ci Velin.
"Bagus kalo begitu.... gw malah senang gitu tahu gw ada darah orang pribumi...." kataku bangga.
"Srrrruuuuppp.... srrrruuuupppp....hhhmmmm....." suara Mama menyepong kontolku.
"Aaaaahh Maaaa.... enakkkk Maaaa....aaaahhh...." desahku. Soal memanjakan kontol, Mama emang paling hebat.
"Nikmati sayangggg.... kontol lu gak kalah sama papa kandungg luuu....srrruuuppp.... Mama seakan sedang menghisap penis bang Anwar sennnn...srrruuuppp....." ucap Mama semakin kuat mengisap kontolku. Benar-benar enak mulut Mamaku ini sampai aku tidak kuat menahan ejakulasi.
"Aaaahhh...aaaaahhhh.....enak Maaaa...."Spermaku sampai menyembur ke wajah Mama.
"Sorry Maaa... sampai kena muka Mama..." kataku
"Gak apa sayanggg.... asal kamu puas Mama juga senang bisa muasin anak bang Anwar..." kata Mama tersenyum padaku.
"Linn...tolong rahasiakan cerita Mama ini dari Papamu ya... Mama tidak mau nambah2 masalah lagi... lu tahu sendiri gimana sifatnya..." kata Mama.
"Iyaaa Maaa... tenang aja, Velin gak bakalan ngomong ke Papa..." balas Velin.
Waktu sudah menunjukkan jam 4 subuh. Rasanya tidak baik kalau Papa keduluan bangun melihat kami dalam kondisi seperti ini. Maka ci Velin kembali ke kamarnya, sedangkan Mama tidur di kamar tamu. Mama tidak mau tidur di kamarnya karena sedang marah dengan Papa.
Mengingat cerita Mama aku masih sulit percaya kalau Papa kandungku bukan papa yang di rumah ini. Yang lebih sulit kupercaya ternyata aku bukan keturunan Tionghoa. Nama papa kandungku bukan Afuk, tetapi Anwar. Kata Mama, aku makin besar makin mirip dengan papa kandungku. Teringat ledekan ci Erika yang bilang kalau aku makin mirip cowo pribumi, ternyata itu memang tidak salah. Namaku memang lebih cocok dipanggil Rizal karena aku memang cowok pribumi yang hanya tinggal dalam keluarga tionghoa.
...............
Pagi harinya aku telat bangun sehingga tidak pergi ke sekolah. Kulihat kamar ci Velin ternyata dia pun belum bangun. Terlihat muka Mama yang masam ketika kutanya Papa kemana, sepertinya masih marah dengan Papa. Kata Mama Papa sudah berangkat ke gudang untuk mengurus bisnis oli nya. Kabarnya ci Elena akan pulang malam ini dan seterusnya akan membantu Papa mengurus distribusi oli.
Bagaimana hubungan Mama dengan Papa selanjutnya, akankah masalah mereka selesai ?
Apakah ci Elena akan sanggup mengurus bisnis Papa ?
ليست هناك تعليقات for "𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟑𝟓 ~ 𝐊𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐌𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐞𝐣𝐮𝐭𝐤𝐚𝐧𝐤𝐮"
إرسال تعليق