๐๐๐ฆ๐ข ๐๐ฅ๐๐ฌ๐๐ง ๐๐๐ฌ๐๐ก๐๐ญ๐๐ง ๐๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ ๐๐
Keesokan harinya ketika pulang setelah mengantarkan si Bayu sekolah, aku agak terkejut mendapati pak Kandar dan Made ada di rumah. Kemungkinan besar suamiku yang telah menghubungi mereka. “Ini Nuk, Kandar sama Made sudah siap” sambut suamiku ketika aku masuk ke ruang tamu.
“Ihh.. mas… Ninuk kan belum mandi. Sebentar ya, Ninuk mandi dulu” jawabku. Tak perlu ditanya ada maksud apa kehadiran mereka di rumahku. Aku sudah memahaminya. Pasti suamiku sudah menyuruh mereka untuk berhubungan badan denganku pagi ini. “Nggak usah mandi dah Nuk, nanti aja kalo sudah selesai, sekalian mandinya. Ya kan?” kata suamiku sambil bertanya ke kedua orang pekerjanya itu. “Iya bu” kata Pak Kandar dan Made hampir bersamaan. “Ya udah, gimana Nuk, langsung atau satu-satu, hehe” tanya suamiku lagi. “Satu-satu aja mas… ayo pak Kandar” ajakku pada pak Kandar. Aku lalu berjalan menuju kamarku. Laki-laki itu berjalan mengikutiku.
“Bener pak? Saya nggak perlu mandi dulu?” tanyaku meyakinkan, terlihat soalnya lelaki itu sudah bersih dan rapi. “Iya bu, nggak apa-apa” jawab pak Kandar lalu menutup pintu kamar ketika kami sudah berada di dalam. Aku kemudian mengambil handuk kecil dari dalam lemari. Kulihat pak Kandar sudah mulai melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Aku pun demikian, kulepas semua yang membalut tubuhku. Kulihat lelaki itu berdiri menungguku selesai melucuti pakaianku. Tangannya mengocok-ngocok penisnya yang tampak sudah tegang, siap melaksanakan tugasnya.
“Ayo pak” kataku pelan. Ia lalu mulai menjilat payudaraku. Pentilnya dihisapnya bergantian. “Ohhh…. Ssstttss” gumamku ketika menerima rangsangan dari lelaki itu. Perasaan nggak enak atau rasa bersalah pada suamiku seketika tertutup nafsu birahi yang langsung menjalar ke seluruh tubuhku dan membuat vaginaku basah kuyub, siap untuk dimasuki.
“Masukin pak” kataku pada pak Kandar, memintanya untuk langsung ke permainan inti. Hampir lima belas menit lelaki itu menyetubuhiku sebelum akhirnya penisnya memuntahkan spermanya di dalam liang kewanitaanku hampir bersamaan denganku yang meraih orgasme keduaku dalam permainan itu.
“Made ya pak” kataku sambil berdiri di pinggiran ranjang dan mengganjal bagian kewanitaanku dengan handuk pada pak Kandar yang sedang memakai kembali pakaiannya. “Iya bu, sebentar” kata lelaki itu kemudian langsung keluar kamar begitu dia selesai mengenakan bajunya. Tak lama kemudian si Made pun masuk dan segera menutup pintu kamar. “Langsung ya De” kataku yang langsung disetujui laki-laki itu.
Di ronde keduaku pagi itu, si Made ini benar-benar membuatku kewalahan. Tiga kali pertahananku jebol dibuatnya. “Ayo De, keluarin dah” kataku setelah mendapat puncak kenikmatanku di posisi WOT. “Iya bu. Nungging ya” katanya dengan suara serak ketika aku menarik diri dari tubuhnya. Aku segera memposisikan tubuhku seperti yang diminta lelaki itu. Tapi bukannya langsung memasukkan penisnya di vaginaku, dia malah menjilati lubang belakangku dan seperti melumurinya dengan air liurnya. Rupanya dia ingin anal seks. Pelan-pelan ia akhirnya bisa memasukkan penisnya dalam lubang anusku. Tak sampai dua menit air maninya pun muncrat di dalam lubang duburku, mengakhiri permainan penuh nafsu pagi itu.
“Bersihin dulu De” perintahku. Lelaki itu kemudian masuk ke kamar mandi dalam. Setelah dia keluar, aku pun segera mandi lalu keluar kamar. Kulihat suamiku sedang duduk di ruang tamu sendirian sambil menikmati rokoknya. Tak kutemukan pak Kandar dan Made di sana. “ Loh, pak Kandar sama Made sudah pulang mas?” tanyaku. “Iya Nuk, langsung ke sawah” jawabnya. “Makasih ya mas, tapi lain kali satu aja cukup mas, jangan langsung dua gitu hehe” kataku kemudian duduk di sebelah suamiku. “Iya Nuk, tapi ini ya, kemeng.. berdiri terus.. tadi bayangin kamu pas main ama Kandar dan Made” kata suamiku sambil menunjukkan kalau penisnya tegang saat itu. Aku pun tersenyum. “Ninuk keluarin ya mas” kataku lalu mem-blowjob nya sampai dia mencapai klimaksnya. Setelah itu kami pun sarapan.
Beberapa hari kemudian, sesuai dengan waktu yang kujanjikan ke pak Rudi, hari itu aku akan mengembalikan biaya rumah sakit suamiku. Tepat di tanggal depositoku bisa dicairkan. Lumayanlah, nggak kena pinalti. “Mas, Ninuk ke Bank dulu ya. Mau cairkan deposito, nanti sekalian langsung ke tempat pak Rudi” pamitku ke suamiku. “Oh iya Nuk, jangan lupa bawa kondom ya” jawab lelaki itu. “Hah… kondom, buat apa mas??” tanyaku agak terkejut. “Ya mungkin aja dapet bonus dari pak Rudi. Atau kamu yang kasih bonus ke dia” jawabnya santai. “Ihh… apaan sih mas” sahutku.
Pikiranku kemudian menerawang ke kejadian beberapa waktu lalu ketika aku dan pak Rudi pertama dan terakhir kali berhubungan badan, juga kejadian keesokan harinya yang begitu menyakitkan sehingga aku muak dengannya. Akan tetapi sikapnya akhir-akhir ini dan dengan apa yang dilakukannya padaku, membuatku merubah sikapku padanya. “Beneran mas??” tanyaku menggoda suamiku. “Iya Nuk.. bener” jawabnya pasti. “Ihhh… apaan sih mas… Ada-ada aja” jawabku kemudian pamit dan segera berangkat.
Sekitar pukul sepuluh urusan di bank sudah selesai karena antrean juga tidak terlalu banyak dan setelahnya aku segera menuju ke tempat pak Rudi. Setengah jam kemudian aku sudah duduk di ruang tamunya, bukan tempat di mana dulu aku pernah ke sana. Pak Rudi menyuruhku langsung ke bangunan rumah yang pas bersebelahan dengan gudang pupuknya, tadi ketika aku menghubunginya lewat sambungan telepon.
“Sebentar bu, bapak masih di gudang. Sebentar lagi ke sini” kata seorang wanita paruh baya saat menyuguhkan minuman dingin di meja. “Iya bu, terima kasih” jawabku. Tak lama kemudian pak Rudi muncul yang lalu kemudian menyalamiku. “Harusnya nggak perlu repot kesini bu. Kan bisa transfer saja” kata pak Rudi. “Oh nggak pak. Nggak repot, ini pak, uangnya” kataku lalu memberikan sebuah bungkusan kertas coklat berisikan uang yang baru kuambil dari bank plat merah terbesar di negeri ini. “Lho nggak dihitung dulu pak?” tanyaku. “Nggak perlu bu” jawabnya. “Lah, tau gitu tadi tak kurangi isinya” kataku bercanda, Ia hanya tersenyum kemudian berlalu ke dalam rumahnya yang terlihat lengang. Si Roy pasti belum pulang sekolah.
Kemudian kami pun ngobrol santai yang mana akhirnya dia minta memanggilnya mas saja, toh umurnya juga nggak seberapa jauh denganku, hanya selisih tiga tahunan. Pembicaraan tidak lebih hanya seputaran itu-itu saja, tidak menyerempet yang berbau-bau yang aneh-aneh. Padahal sedikit aja kode darinya, aku bakal tanpa ragu untuk melayaninya tanpa pengaman pun oke. Intercourse pertamanya dulu sangat meyakinkanku kalau dia tidak pernah menyentuh wanita lagi setelah kematian isterinya.
Hampir satu jam aku di rumah itu hingga akhirnya aku pun pamit pulang. Entahlah apa yang kupikirkan, pertama sikapnya yang terlalu baik padaku telah kuartikan salah. Kuanggap dia bakal pamrih atau apa. Tapi nyatanya tidak sama sekali.
No comments for "๐๐๐ฆ๐ข ๐๐ฅ๐๐ฌ๐๐ง ๐๐๐ฌ๐๐ก๐๐ญ๐๐ง ๐๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ ๐๐"
Post a Comment