๐ƒ๐ž๐ฆ๐ข ๐€๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐Š๐ž๐ฌ๐ž๐ก๐š๐ญ๐š๐ง ๐„๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ž ๐Ÿ‘๐Ÿ

 


 Malam pun menjelang, “Mas, nanti jam berapa pak Kandar sama Made datang?” tanyaku pada suamiku setelah menyelesaikan makan malam. “Jam 8 an Nuk, satu jam setengahan lagi lah mungkin, kenapa kamu dah ga sabar tah, hehe?” tanya suamiku. “Nggak gitu mas. Ninuk mau ke kantor dulu, lihat anak-anak sebentar. Oh iya, nanti kalau mereka datang, pagar langsung dikunci saja mas. Sepeda motornya langsung ditaruh di belakang” jawabku. Aku kemudian berjalan menuju tempat usahaku. Di sana keadaan lumayan ramai, maklum beberapa orang dari pihak ekspedisi masih loading barang.

Sekitar jam 8 aktivitas di tempat usahaku berangsur sepi. Satu-persatu pegawaiku, termasuk si Faris pun pulang. Beberapa menit kemudian aku kembali ke rumah, tak lupa pintu yang menghubungkan rumah dan tempat usahaku kukunci, takut nanti si Inah atau Herman, suaminya masuk.

Sesampainya di ruang tengah kudapati sebuah bed busa sudah disiapkan, diletakkan pas diantara TV dan sofa. Bed cover warna merah muda berhiaskan gambar dedaunan juga sudah terpasang di atasnya. Meja sofa ruang tengah pun harus mengalah, digeser mepet dengan tembok, di atasnya terdapat beberapa minuman botolan termasuk susu kaleng be*r br*nd, air mineral dan minuman isotonik. “Gila, bakal gimana ini nanti” gumamku dalam hati.

Berbagai macam cemilan yang tadi dibeli suamiku di swalayan terdekat juga sudah ditaruh di atasnya termasuk beberapa bungkus rokok kretek dan filter serta sebuah asbak besar. Sebuah botol berwarna hitam bertuliskan L*veMonogatari yang biasa kugunakan ketika aku dan suamiku melakukan anal sex juga ikut nangkring di atas tumpukan handuk kecil. Sebuah kipas angin berdiri juga diletakkan di sebelah buffet TV. Suamiku ternyata benar-benar menyiapkan semuanya.

Terdengar samar-samar suara orang bercakap-cakap di ruang tamu yang bisa kupastikan itu adalah suamiku, pak Kandar dan Made. “Oh, mereka sudah datang ternyata” gumamku kemudian langsung berjalan ke dapur untuk membuatkan kopi. Selagi menunggu air mendidih aku kemudian ke kamarku. Kutanggalkan semua pakaian termasuk hijab yang masih kupakai, termasuk bra dan celana dalamku juga. Aku lalu memakai daster tanpa lengan warna merah marun favoritku, biar nanti hanya dengan melepas dasterku saja, aku sudah telanjang bulat. Kusisir sebentar rambutku yang agak berantakan lalu mengikatnya menggunakan jepit plastik.

Pas juga ketika aku kembali ke dapur, air baru saja mendidih. Aku lalu membawa nampan yang berisi 4 cangkir kopi dan menaruhnya di buffet TV. Setelah itu aku ke ruang tamu menemui suamiku dan 2 orang pekerjanya. “Mas, kopinya Ninuk taruh di ruang tengah, di atas buffet” kataku ketika sampai di ruang tamu. “Nah ini yang ditunggu dah datang” kata suamiku. “Ayo dah ke ruang tengah.. Ndar.. de” ajaknya kemudian. Di titik inilah aku semakin deg-deg an. Dan hanya beberapa detik kemudian kami berempat sudah di ruang tengah, tempat yang sudah disiapkan untuk acara gila malam ini.

“ayo dah Nuk” kata suamiku padaku. Lelaki itu kemudian menghidupkan musik, lagu kesayangannya yaitu dari grup Scorpions lalu menyalakan rokoknya. Kulihat pak Kandar dan Made mulai melepas baju yang dipakainya sampai telanjang bulat. Perhatianku tertuju pada penis si Made yang memang belum pernah kulihat sebelumnya. SNI juga sih, hampir sama dengan punya suami dan pak Kandar juga.

Aku lalu mendekati kedua pria yang kemaluannya sudah mengeras semua itu dan langsung jongkok di depan penisnya si Made. Kemudian perlahan kutarik kulup penisnya hingga bagian dalam kepalanya tersembul keluar, berwarna merah muda. Jelas ini penis belum pernah dipakai untuk ngewe, pikirku. Aku pun langsung mengulumnya. Made pun mulai medesah keenakan. Tak lama kemudian aku ganti menghisap penis pak Kandar yang ada di sebelah kanan si Made. Tangan kananku tetap memegang penisnya Made. Pak Kandar pun mendesis, nafasnya mulai tersengal.

Aku lalu berdiri dan melepas daster yang kupakai tepat hanya setengah meter di depan pak Kandar dan Made. Tiga detik setelah dasterku terlepas, bahkan aku belum sempat menaruhnya, kedua lelaki itu kompak langsung menjilati payudaraku satu-satu. Pak Kandar sebelah kiri dan si Made sebelah kanan. Pak Kandar yang sudah pengalaman, tangan kirinya lalu mulai menjamah bagian kewanitaanku. Aku lalu sedikit membuka kedua kakiku agar jarinya leluasa memainkan klirotisku.

“Ooooochhh….” Desahku ketika semua titik sensitifku dimainkan kedua pria itu. Kemaluanku pun banjir. Aku semakin tak tahan, ingin segera memulai permainan seks yang sesungguhnya. Aku lalu menarik diriku dan merebahkan tubuhku di ranjang. Entah siapa yang bakal menyetubuhiku duluan.

Tiba-tiba suamiku yang ternyata akan menaikiku. Aku agak terkejut, suamiku yang beberapa lama ini tampak tidak bergairah langsung mengarahkan penisnya yang sudah tegang ke arah liang kewanitaanku dan langsung menggenjotku dengan rpm tinggi. “Kapan jemb*tmu kamu cukur Nuk??” katanya dengan suara terengah-engah. Ia baru sadar kalo bulu kemaluanku habis tak bersisa. Tak kujawab pertanyaan itu. Pak Kandar dan Made rupanya hanya terdiam, menyaksikan suamiku sedang menggenjotku. Mungkin mereka nggak enak atau memang memberi kesempatan pada suamiku. Tidak sampai lima menit kurasakan suamiku semakin cepat menyodokkan penisnya. “Nuk, aku mau keluar… Nuk…. Oooooooooccch” jeritnya ketika penisnya menyemburkan air maninya di dalam vaginaku.

Kemudian ia menarik tubuhnya. “Ndar” kata suamiku pada pak Kandar, lelaki itu paham dan langsung memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaanku yang banjir, baik cairanku sendiri ditambah sperma suamiku tadi. “Duduk ae Ndar… kasihan Made itu, nganggur biar Ninuk bisa ngemut” kata suamiku memberi arahan agar aku juga bisa sambil menghisap penisnya Made. Sebenarnya aku juga tidak leluasa karena konsentrasiku ada di kenikmatan yang diberikan penis pak Kandar di dalam kemaluanku.

Beberapa saat kemudian kuhentikan hisapanku karena kurasakan aku akan segera mencapai puncak kenikmatanku. Mengetahui aku orgasme, Pak Kandar yang sudah pengalaman langsung memberiku kesempatan menikmatinya, ia menghentikan gerakannya tapi tetap membiarkan penisnya di dalam vaginaku. “Sebentar pak “ kataku pada pak Kandar lalu menarik tubuhku. Kemudian aku mengambil posisi menungging. “Sini De” perintahku pada Made agar menggeser duduknya pas di depanku agar aku bisa mengulum batang kemaluannya. Tapi aku bener-bener tidak bisa lancar mengulum penis si Made karena permainan pak Kandar yang menusukku dari belakang. Hentakan lelaki itu lumayan keras. “Plak plak plak plak” suara tubuh kami berbenturan. Di posisi itu sekitar 10 menit kemudian aku kembali mencapai puncak kenikmatanku sampai-sampai tubuhku ambruk setelah mengejang hebat.

Beberapa waktu kemudian aku bangkit untuk minum. Tenggorokan terasa kering. “Habis dapet itu kayaknya Ndar.. iya Nuk. hahaha” tanya suamiku,. Aku mengangguk sambil mengatur lagi nafasku yang masih tersengal. Aku lalu melap kemaluanku dengan handuk yang ada di meja. Setelah itu aku duduk si sofa. “Ayo De, kamu sekarang yang masukin” perintahku pada Made. Anak muda itu memang tampak seperti gugup. Maklum mungkin pertama kali dia berhubungan badan sudah di situasi yang seperti ini, main foursome.

Made pun bangit lalu ke arahku. Aku kemudian mengangkat kedua kakiku dan mengakangkannya lebar-lebar sehingga kemaluanku yang mulus tanpa bulu itu terlihat jelas, sedikit merekah menampakkan bagian dalamnya. Made pun mengarahkan batang kemaluannya. Karena tahu dia masih nubie, segera kuraih benda pusakanya dan kuarahkan ke jalan yang benar. “Nah… dorong De” kataku. “ooocchh… sttttsss” ketika penis Made mulai terbenam dalam vaginaku. Kulihat wajah lelaki itu yang tampak masih tercengang, bingung dan gugup, mulutnya sampai terbuka agak menganga. Maklum lah, ini pertama kali dia merasakan penisnya masuk di dalam vagina seorang wanita.

Tiba-tiba suamiku berdiri di belakang Made. “Goyangen De… gini lo” kata suamiku lalu memegang pinggul lelaki itu dan menggerakkannya maju mundur, sampai-sampai si Made terhuyung tapi dia bisa berpegangan pada pinggiran sofa. Kemudian perlahan tapi pasti dia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Agak kaku sih tapi makin lama makin lancar. “auh… auhh… auhh… stttss… ahhh..” mulutku meracau menikmati permainan si Made ini. Tapi tak sampe semenit ia menghentakkan pinggulnya dengan keras seperti ingin membenamkan penisnya dalam-dalam. “errggghhh… eeerggghhh…. Eerrggghh… errrggghhh” kurasakan penisnya berkedut dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku. “Biarin dulu di situ De” kataku.

Kulihat si Made berusaha mengatur nafasnya, menikmati sisa sisa kenikmatan yang baru dirasakannya. “Made keluar mas, hehe” kataku pada suamiku. “Lah, kok dah keluar Deee…Madee… badan aja kekar, tapi peltu” kata suamiku sambil tertawa. “Hiishh… mas jangan gitu ah… malu tuh si Made biarin lah” kataku ketika Made menarik tubuhnya ke belakang.

“Pak kandar, tolong handuk itu pak” kataku pada pak Kandar yang sedang berdiri di samping meja. Ia lalu menyerahkan handuk putih itu yang kugunakan untuk kembali mengelap kemaluanku setelah dipake si Made. Aku kemudian bangkit. “Ayo pak, saya di atas” kataku pada pak Kandar yang langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Aku lalu menaiki tubuh lelaki itu dan langsung memasukkan penisnya dalam liang vaginaku. Ketika posisi nya sudah pas, aku langsung menggoyangnya dengan rpm tinggi. Tinggal pak Kandar ini yang belum keluar. Kucondongkan tubuhku kedepan agar lelaki itu bisa menghisap payudaraku. Lima menit berlalu, laki-laki itu masih bertahan. Malah aku yang kurasakan akan mencapai orgasmeku kembali. Tak ayal, beberapa menit kemudian masih di posisi WOT itu aku kembali meraih puncak kenikmatanku.

“Saya dapet lagi pak” gumamku pelan dengan suara parau dan nafas yang terengah. Lelaki itu juga tampak mengatur nafasnya. Masih di posisi itu, suamiku lalu mencoba memasukkan penisnya di dalam lubang analku dengan posisi batang kemaluan pak Kandar masih menancap di vaginaku. Sadar akan hal itu aku kemudian berdiri dan membalikkan tubuhku menghadap ke suamiku. “Bentar mas, mana pelumasnya?” kataku.

Aku kemudian memberikan pelumas pada ujung penis pak Kandar lalu langsung memasukkan penis lelaki itu ke dalam lubang analku dengan posisi reverse WOT. Aku lalu mengakangkan kedua kakiku dan sedikit merebahkan tubuhku dengan beralaskan kedua tanganku. Suamiku paham dan langsung memasukkan penisnya ke dalam liang vaginaku. Lelaki itu langsung menghajarku di posisi itu. Nikmatnya bukan main ketika dua lubangku dipenuhi penis dua laki laki.

Cukup lama permainan di posisi itu meski sepertinya pak Kandar tidak bisa berbuat banyak di posisinya. Tapi herannya ternyata pak Kandar malah bisa mencapai klimaksnya di posisi itu. Spermanya muncrat dalam lubang duburku. Sesaat kemudian suamiku pun kembali mencapai puncak kenikmatannya, spermanya kembali tumpah dalam vaginaku. Gila, dua lubangku penuh dengan air mani. Sesaat kemudian suamiku mencabut penisnya lalu kuikuti menarik diri dari tubuh pak Kandar dan merebahkan tubuhku di kasur. Berusaha mengatur nafas dan menikmati sisa-sisa kenikmatanku. “kamar mandi dimana ya pak?” tanya pak Kandar. Setelah menerima info, ia kemudian beranjak.

Aku lalu berdiri dan mengelap kembali vagina dan lubang belakangku dengan handuk, membersihkan sisa-sisa sperma kedua laki-laki yang membanjirinya. Setelah minum, aku lalu duduk di sebelah suamiku. “Mas, tadi bisa gitu” kataku pada suamiku. “Iya Nuk… ga tau, aku nafsu banget” jawabnya. “Gimana, kamu seneng, hehe” tanyanya. Kemudian pak Kandar datang yang lalu disusul si Made yang juga akan ke kamar mandi. setelah Made kembali, aku pun segera ke kamar mandi untuk bebersih.

No comments for "๐ƒ๐ž๐ฆ๐ข ๐€๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐Š๐ž๐ฌ๐ž๐ก๐š๐ญ๐š๐ง ๐„๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ž ๐Ÿ‘๐Ÿ"