๐ƒ๐ž๐ฆ๐ข ๐€๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐Š๐ž๐ฌ๐ž๐ก๐š๐ญ๐š๐ง ๐„๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ž ๐Ÿ‘๐Ÿ

 


 Setelah dari kamar mandi aku segera memakai dasterku lagi dan duduk di sebelah suamiku yang sedang menikmati rokoknya. Hampir satu jam kemudian kami isi waktu hanya dengan ngobrol, makan cemilan dan minum. Kadang-kadang obrolan juga mengarah ke bully si Made yang tadi hanya bertahan tidak sampai semenit.

Lelaki muda itu tampak malu, wajahnya merah merona. Ketiga lelaki itu pun sudah berpakaian meski hanya celana pendek dan singlet saja. Memang agak risih sih, kalo nggak pas lagi berhubungan badan, tapi dalam kondisi tubuh kita telanjang. Dari perbincangan yang kami lakukan kala itu, kita tampak semakin akrab, ya gimana nggak sih, lha wong sudah melakukan hal besar barusan.

Waktu menujukkan pukul setengah sebelas malam. “Gimana ini?” tanya suamiku. “Ndar, kamu nggak pengen nambah? Kamu De?” tanya suamiku. “Kalo kami manut bu Hadi pak, kalo bapak sendiri?” tanya pak Kandar. “Aku kan dah dua kali Ndar.. cukup dah. Da tua aku Ndar” jawab suamiku. “Gimana Nuk?” giliran suamiku tanya padaku.

“Ayo mas… Ninuk siap. Tapi jangan langsung bareng kayak tadi ya.. satu-satu aja, gantian” jawabku sambil mengikat rambutku. Aku memang lebih suka melayani sendiri-sendiri daripada langsung bersama-sama. Aku inget dulu waktu aku pertama kali MMF dengan Faris dan Aldo, betapa capeknya saat itu.

“Gantian katanya.. gimana?” tanya suamiku ke dua pria yang ada di ruangan itu yang dijawab dengan anggukan. “Siapa dulu Nuk? Tanya suamiku lagi. “terserah mas… tapi eh, Made aja dulu ya” jawabku.

“Oh, De.. itu kamu dulu katanya. Ndar, ayo kita ke ruang tamu aja. Biar Made ga canggung. Bawa kopi sama rokoknya ya” perintah suamiku ke pak Kandar yang langsung dilakukannya. Beberapa saat kemudian mereka beranjak ke ruang tamu meninggalkan aku dan Made berdua. “Ayo De… santai aja.. nggak usah keburu..” kataku kemudian melepas lagi daster yang kupakai lalu merebahkan tubuhku di kasur. Kulihat lelaki muda itu juga melepas celana pendeknya, terlihat penisnya yang setengah tegang. Melihat itu aku kemudian bangkit dan langsung mengulum penisnya sampai benar-benar ngaceng.

Kemudian Made mengangkat tubuhku seolah menyuruhku berdiri. Kuikuti kemauannya ketika dia sepertinya ingin aku duduk di sofa. Tapi bukannya langsung memasukkan penisnya, ia malah menjulati bagian kewanitaanku. “Oooocchhh…” erangku. Kubiarkan lelaki muda itu melakukan apa yang diinginkannya sambil aku menikmati sensasinya. Dan setelah kurasa cukup aku lalu berdiri.” Ayo De, aku di atas” kataku. Ia lalu merebahkan tubuhnya di kasur.

“Kalo mau keluar bilang ya” kataku sebelum memasukkan penisnya dalam lubang surgaku. Kemudian aku segera menggoyangnya di posisi WOT. Beberapa menit kemudian lelaki itu bilang kalau dia mau keluar. Aku segera berhenti menggoyangnya dan menarik tubuhku ke atas sehingga penisnya terlepas dari cengkraman vaginaku. “Udah, diemin, jangan diapa-apain. Atur nafasmu dulu” kataku. Ia mengangguk dengan nafas yang masih tersengal. Setelah beberapa saat, aku kemudian menggoyangnya lagi. Tiga kali kulakukan hal yang sama agar dia bisa menunda klimaksnya. “Gitu caranya De… jangan keburu..ayo sekarang coba kamu yang di atas” kataku lalu merebahkan tubuhku di kasur.

Ia segera menaikiku dan langsung menggenjotku di posisi missionary. Goyangannya makin lama makin lancar yang semakin membuatku keenakan. Beberapa kali dia menghentikan aksinya karena mau keluar katanya. Lelaki muda itu semakin pintar. Aku kemudian memintanya untuk meyetubuhiku di posisi doggy style. Di sini dia bahkan berhasil membuatku orgasme.

Aku kemudian merebahkan tubuhku lagi agar dia menggoyangku di posisi MOT. Kulirik jam di dinding, menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh. Berarti lebih setengah jam lebih sudah si Made ini menyetubuhiku. “Ayo De.. keluarin dah… aku dah dapet barusan” kataku. Cukup sudah dengan si Made ini, masih ada pak Kandar yang harus kulayani. Mencoba menghemat tenagaku juga karena pak Kandar ini jauh lebih pengalaman.

“Iya bu… katanya kemudian merayap di atasku. “De, jangan dikeluarin di dalem ya..” kataku. “maksudnya?” sahutnya. “Iya spermamu jangan dikeluarin di dalem, di luar aja, di dada kek atau di mulutku gpp. Kayak di film-film. Masak kamu ga pernah nonton bokep?” jawabku. “kenapa bu?” tanyanya sambil memasukkan penisnya ke kemaluanku. “Sttttsss… ohhh.. nggak gitu, habis ini kan masih dengan pak Kandar, kalo di dalem kasihan pak Kandar, terlalu banjir, nggak enak” jawabku. “Iya bu” jawabnya lalu langsung menggenjotku.

Beberapa menit kemudian ia mencabut penisnya dan langsung diarahkan ke payudaraku. Tangan kanannya mengocoknya dengan cepat. “Ooooooooccchhhh….” Kulihat jelas proses keluarnya sperma si Made itu, pertama yang agak kental keluar seperti akan menetes melalui lubang kecil di ujung kepalanya lalu tiba-tiba “cret.. cret..cret..cret..cret” penis itu seperti meledak-ledak memuntahkan air maninya. Ada yang kental ada yang encer, semuanya keluar. Bahkan banyak yang mengenai wajahku sampai-sampai aku menutupi mataku dengan tanganku. Aku lalu bangkit dan mengulum penisnya untuk menambah sensasi pada lelaki itu. Kutelan juga sisa-sisa sperma yang ada di penisnya. Terlihat bagian dalam kepala penisnya berwarna merah.

“De, ambilin handuk” kataku yang langsung dilaksanakannya. Kemudian aku melap wajah dan payudaraku yang terkena air mani laki-laki itu. Bau khas sperma pun merebak ke seantero ruangan. “Gila De.. banyak sekali pejuhmu” kataku yang dibalas dengan senyuman. Kulihat wajah lelaki muda itu yang berbinar menunjukkan kepuasan. “Sudah sana panggil pak Kandar suruh sini” kataku. Made kemudian berlalu ke ruang tamu. Aku pun bangkit untuk meminum sesuatu, sekedar membasahi kerongkongan yang agak tersumbat setelah menelan sperma nya si Made.

Tak lama kemudian munculah pak Kandar dan Made. “Langsung aja ya pak” kataku sambil menghabiskan sisa air dalam botol Poc*ri Swe*t yang tadi sempat kuminum. Pak Kandar mengangguk lalu mulai melepas kaos singlet dan celana pendeknya. Si Made ternyata mengambili pakaiannya lalu sepertinya ke kamar mandi. “Bapak masih di depan pak?” kataku menanyakan keberadaan suamiku pada pak Kandar. “Nggak bu, tadi kayaknya sudah masuk kamar tidur, pas ibu dengan Made tadi” jawabnya. “Oh, gitu ya.. ya udah ayo pak” ajakku untuk segera memulai ronde kedua buat pak Kandar malam itu.

Kalau pak Kandar ini aku tidak perlu lagi mengajari seperti tadi ke Made, bahkan stamina lelaki itu sangat prima, dua kali pertahananku berhasil dijebolnya sebelum ia mengakhiri permainan dengan memuntahkan air maninya dalam liang kewanitaanku. Pas pukul 12.10 drama yang penuh gairah nafsu dan kenikmatan duniawi malam itu berakhir. Aku kemudian memungut dasterku dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

“Pak Kandar dan Made tidur sini kan?” tanyaku ketika kembali ke ruang tengah. “Iya bu, nanggung sudah jam segini” jawab pak Kandar kemudian bersiap beranjak ke kamar mandi juga. “Ya udah, saya tidur dulu. Capek” kataku kemudian meninggalkan mereka.

Aku kemudian masuk ke dalam kamar dan mendapati suamiku sudah terlelap dalam mimpinya. Aku pun lalu merebahkan tubuhku di samping suamiku dan tak lama kemudian juga ikut memejamkan mata dan tertidur.

Mataku terjaga ketika kurasakan haus yang hebat melanda tenggorokanku. Kamarku masih gelap, suamiku masih pulas dalam tidurnya. “Aduh, jam berapa ini” gumamku kemudian bangkit dan keluar kamar. Setelah itu baru kuketahui kalau kala itu masih jam setengah 3 pagi. Aku lalu ke ruang tengah dengan harapan ada sisa minuman kesukaanku disana. Benar saja masih sisa sebotol yang langsung kuminum habis.

Kulihat pak Kandar dan Made yang sedang tertidur di ranjang tempat kita pesta tadi. Pak kandar tidur dengan posisi miring sedangkan si Made terlentang. Entah kesambet apa tiba-tiba terbersit di pikiranku untuk main lagi dengan si Made ini. Penisnya yang nggak disunat memang membuat sensasi yang berbeda. Dan aku pingin mengekplorasi lagi dengan lelaki muda itu.

Tanpa banyak mikir lagi aku segera membangunkannya. “De… Made…” kataku pelan dengan menggoyang-goyang kakinya. Sesaat kemudian mata lelaki itu terbuka dan tampak terkejut melihatku. Aku segera memberi kode untuk tidak berisik agar pak Kandar nggak bangun. Lelaki itu kemudian bangkit sambil mengucek matanya yang merah. “Iya bu” tanyanya dengan agak berbisik. “Lagi yuk De.. “ ajakku. Ia pun tersenyum menyetujuinya. “Iya bu sebentar, saya ke kamar mandu dulu. Kebelet pipis” katanya. “Iya, di kamar atas aja ya. Sekalian pipis di sana, ada oiletnya di dalam” kataku sambil mengambil pelumas yang mungkin nanti dia mau pakai lubang belakangku. “Ayo” ajakku kemudian berjalan ke lantai dua tempat kamarnya Doni, anakku.

Aku segera menghidupkan lampu kamar dan menyalakan AC. “Itu toiletnya De” kataku lalu kemudian menutup pintu kamar. Sesaat kemudian laki-laki itu muncul. Aku segera melepas dasterku, CD ku pun langsung kucopot. Made kemudian langsung mencumbu payudaraku, tak hanya itu, leherku pun ikut di lahapnya. Aku membiarkannya bahkan sambil menikmati foreplay nya, biar dia lebih terangsang dan bergairah juga.

Kemudian permainan inti pun terjadi. Si Made ini sudah pandai rupanya, dalam menggoyang maupun mengatur nafasnya hingga ia bisa bertahan lama. Tak ayal kala itu tiga kali Made membuatku orgasme, waktu MOT, WOT dan DS alias Doggy Style sebelum dia mengakhirinya dengan memuntahkan spermanya dalam vaginaku. Tapi aku masih penasaran dengannya akhirnya aku kulum lagi penisnya untuk mencegahnya turun. Sebenarnya lelaki itu sudah meminta ampun untuk tidak meneruskan tapi apa dayanya ketika penisnya kembali tegang dengan permainan oralku.

Kemudian aku memintanya untuk memasukkannya di lubang belakangku. Aku mengajarinya rasanya anal seks, dan rupanya dia tidak bisa bertahan lama, hanya lima menit, spermanya sudah muncrat, kali ini di dalam lubang duburku. Setelah selesai bebersih, kami berdua pun turun untuk kembali tidur dan beristirahat di tempat masing-masing.

No comments for "๐ƒ๐ž๐ฆ๐ข ๐€๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐Š๐ž๐ฌ๐ž๐ก๐š๐ญ๐š๐ง ๐„๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ž ๐Ÿ‘๐Ÿ"