𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟖𝟏 ~ 𝐓𝐚𝐦𝐚𝐬𝐲𝐚 𝐤𝐞 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐚𝐢 𝟏: 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚
Pov: Linda/AiLIng
Hampir setiap malam bang Anwar nginap di rumah aku. Buat aku, keberadaan bang Anwar itu sudah kuanggap suami. Meskipun secara status dia tidak sah, tapi bang Anwar benar-benar menjalankan fungsi seorang suami melebihi suamiku yang sah. Bang Anwar menafkahi aku secara lahir dan batin. Dia memberiku kebahagiaan menjadi seorang istri sekaligus wanita yang tidak kudapat dari Afuk.
Kehadiran bang Anwar di rumah membawa keceriaan karena sifatnya yang jenaka. Cengkrama penuh canda tawa menghiasi suasana ngumpul terasa ada kehangatan dalam keluarga. Berbeda sekali dengan kehadiran Afuk yang kehadirannya justru membuat suasana keluarga menjadi dingin dan tegang karena sifatnya yang cenderung serius dan keras. Kami semua tidak berani banyak bicara apalagi bercanda. Obrolan kami hanya seputar hal penting saja soal ekonomi, usaha dan sekolah.
Suatu kali setelah mengerjakan semua urusan dapur, aku melihat kalender, ternyata dalam minggu ini ada tanggal merah di hari Jumat. Hari Sabtunya, sekolah Asen dan Velin meliburkan semua aktivitas belajar mengajar. Rasanya ini kesempatan tepat ini untuk bertamasya.
Akupun mengajak bang Anwar meluangkan waktu untuk membawa aku dan kedua anakku untuk bertamasya bersama. Meskipun awalnya bang Anwar agak keberatan menerima ajakkanku karena banyak kerjaan di proyek, namun karena rayuanku pula akhirnya dia menuruti kemauanku. Dari hasil diskusi, kami memutuskan untuk bertamasya ke pantai selama 3 hari 2 malam. Kami akan berangkat hari Jumat dan pulang pada hari Minggu.
Jumat paginya, kami semua bersiap-siap untuk berangkat tamasya. Sesama perempuan aku dan Velin sibuk memilih pakaian yang akan kami bawa dan juga sibuk berdandan dan mengenakan pakaian ke pantai. Penampilan kami tidak jauh berbeda. Kami mengenakan baju tanktop dan celana hotpants yang nyaman untuk gerak di pesisir pantai.
Kami semua telah siap untuk berangkat kecuali Asen. Katanya dia mau pakai waktu libur ini bersama Sherly pacarnya. Jadinya yang berangkat bersama bang Anwar hanya aku dan Evelyn.
Menurut bang Anwar, pantai itu tidak terlalu jauh dari proyek perumahan mewah Royal Orchard Village yang pembangunannya sedang ditangani olehnya. Salah satu yang menjadi daya tarik perumahan ini adalah jaraknya yang tidak jauh dari pantai, jaraknya tempuh nya hanya sekitar satu jam saja. Jika berangkat dari rumahku yang di kampung butuh waktu tempuh sekitar dua jam lebih. Karena ada sesuatu yang harus ditangani oleh bang Anwar, maka kami mampir sebentar ke perumahan mewah tersebut.
Bang Anwar menurunkan aku dan Evelyn di depan dua ruko gandeng yang tadinya dibeli oleh suamiku, tapi kini sudah ditarik kembali oleh developer karena masalah ekonomi kami tidak mampu lagi melanjutkan cicilan rumah. Status ruko ini sedang dilelang menunggu pembeli yang berminat.
Setelah bang Anwar turun dari mobil meninggalkan kami sebentar untuk mengurus kerjaannya, akupun turun untuk melihat-lihat kondisi ruko gandeng ini. Sedangkan Evelyn memilih untuk menunggu saja di mobil.
Ruko ini bagian luarnya telah selesai dibangun, dan aku melangkah untuk melihat kondisi di dalamnya. Wah, ternyata dalamnya sudah terpasang keramik dan hanya beberapa bagian masih butuh pengecatan dan instalasi.
"Ini rumah cici...?! tiba-tiba seorang kuli bangunan yang sedang bekerja di situ menegur aku.
"Iyaaa...eh..bukann jugaaa...." jawabku serba salah. Batinku berandai kalau ruko ini dapat kutebus kembali, tapi bagaimana caranya, dari mana aku mendapatkan uang banyak untuk mengambil ruko bagus ini. Mungkin aku hanya mimpi di siang bolong.
"Kan kalau rumah ini punya suami nya itu termasuk juga punya cici bukannn...? sambungnya.
"Iyaa banggg..." jawabku singkat.
"Rumah ini abang yang bangun sejak masih bentuk tanah... semua sudah abang bikin bagus biar cici dan suami nyaman tinggal di sini..."
"oh ya?! aku lihat juga semua kerjaan nya sangat rapi..." komentarku.
"Suaminya pasti orang kaya baru mampu beli rumah besar di kawasan perumahan mewah ini... orang cina memang kaya-kayaa yaaa...." menurutnya. Aku tergoda ingin berkata jujur bahwa rumah ini sudah bukan milik keluargaku, tapi aku juga tergoda untuk jaga gengsi seakan aku masih memiliki rumah ini.
"Biasa aja lagi banggg... cuma beruntung aja dapat suami yang mampu beli ruko ini... hehehe..." ucapku sedikit sombong.
"Harus dong cii... istri cantik harus tinggal di rumah mewah baru sepadan... kalo kami ini bisa punya rumah gubuk aja udah syukur... asal istri gak mengeluh..." ucapnya.
"Emang istrinya gak cantik sampe abang suruh tinggal di gubuk...?! ledekku.
"Bukan begitu sih cikk... terus terang ya gak secantik dirimu cikk... perempuan cina kan cantik-cantik... putih bersih ya harus tinggalnya di rumah bagus biar cantiknya terjaga... " ucapnya malu-malu membuatku rasanya bangga dengan penampilanku yang menjadi sorotannya.
"Udah ah...jangan berlebihan, semua wanita punya kecantikannya tersendiri... jangan pandang rendah istri sendiri...." ucapku agar gak kelihatan sombong.
"Haii... cik Lindaaaa...!!! sapa lagi seorang tukang bangunan yang baru masuk ke dalam.
"Ohh hai juga banggg...!! balasku canggung karena rasanya aku kenal. Oh ya, baru ingat. Kuli itu anggota bang Anwar yang ketemu waktu main ke sungai, bahkan dia ikut sampai aku dan bang Anwar terjebak di rumah kumuh. Astaga, jadi malu teringat kejadian di dalam rumah kumuh itu.
"Cantik sekali penampilan cik Lindaaa... mau main ke mana sama ketua kita bang Anwar... hehehehe...!!! ucapnya mesum.
"Kami mau main ke pantai banggg..." jawabku singkat.
"Wah.. wahh... asik sekali kalo ngentot sama bang Anwar di pantai... hehee.." ucapanya mengundang sorotan 3 kuli laginnya.
"Hah... cicik ini istri bang Anwar yaaa....?! tanya kuli yang tadi pertama menyapaku.
"Cicik ini istri simpanan ketua... enak kali si Anwar punya binik cina cantik begini... jago isap kontol cicik ini... hehehehe...." ledeknya.
"Ngomong apa sih bangggg... udah ah aku udah mau berangkat....!! aku hendak beranjak dari kumpulan kuli-kuli itu.
"Cepat amat sih cikk... sesekali kita diberi jatah donggg... masa cuma bang Anwar aja yang dapat.. tenang aja cik kami gak akan beritahu bang Anwar... hehehe...."
"Wow.. ini encik bispak ya.... alias bisa dipakai gitu bang maksudku...?! tanya kuli yang lain.
"Kalo kulihat sih... bisa dipake asal jangan ketahuan sama bang Anwar...." semua kuli-kuli itu mulai ikutan berkata jorok tentang diriku.
"Jaga mulut kalian kalau bicara...!!! setelah kuperingati dengan kesal aku bergegas melangkah keluar dari ruko itu dan masuk ke dalam mobil. Dari dalam mobil, kuperhatikan kuli-kuli yang ada di dalam ruko sering melihat ke arah mobil sambil tertawa-tawa. Aku yakin mereka pasti sedang bicara hal mesum, apalagi kuli yang namanya kulupakan itu pernah melihat percumbuanku dengan bang Anwar di rumah kumuh beberapa minggu lalu. Sial banget bisa kebetulan ketemu dengan kuli berengsek itu. Untung aku cepat keluar dari sana, kalo gak bisa-bisa aku diperkosa rame-rame, soalnya habis aku keluar dari sana, satu per satu mereka lepasin baju mereka, ya mungkin udah mau mulai kerja. Tampak tubuh mereka pada hitam-hitam dan tubuh mereka penuh noda debu layaknya kuli bangunan.
"Maaf sayang kelamaan nunggunya..." datang bang Anwar masuk dalam mobil mendapat perhatian dengan ekspresi nakal dari kuli-kuli itu. Bang Anwar yang tidak tahu apa-apa hanya membuka kaca jendela mobil lalu melambaikan tangan ke anggotanya. Dan kamipun berangkat meninggalkan perumahan menuju ke pantai.
"Banggg... tadi aku lihat-lihat kedalam ruko itu... sebentar lagi sudah bisa dihuni tuh..." kataku.
"Betul Linggg.... abang selalu suruh anggota abang agar kerjai ruko kita itu dengan rapi biar nyaman ditinggal..." jelasnya dan menimbulkan tanda tanyaku.
"Ruko kita..?! maksud nya apa bang..?? tanyaku penasaran.
"Oh.. begini sayangg... ruko itu sebenarnya sudah banyak yang nawar.. tapi abang tahan dulu karena abang rencana mau beli... sekarang abang lagi berusaha kumpulkan duit harapannya kita bisa tinggal bersama di sana..." ucapnya serius.
"Apa..?! Emang abang sanggup beli tuh ruko..?? Mahal lo bangg..." kataku.
"Makanya abang pun pusing gimana cara kumpulin duit sebanyak itu agar ruko yang bagus itu bisa kita dihuni bersama...." ucapanya sungguh menyentuh hatiku.
"Makasih banggg... koq aku merasa beban bang....kenapa abang bisa berharap banget sama aku....?
"Untuk saat ini aku sudah merasa kita ini satu keluarga.... tapi gak tahu AiLing mengganggap abang ini keluarga atau tidak...?? sindir bang Anwar
"Tentu banggg... tentu abang sudah kuanggap keluarga sendiri... malahan aku bahagia sejak abang hadir dalam rumahku..." tegasku.
"Omm koq ngomong gitu sihh... FeiLin juga udah ngerasa om ini udah kayak papa angkatku loohh...!!! nyelutuk Evelyn dari kursi belakang menepuk bahu bang Anwar.
"Makasih Linnn udah nerima om jadi bapak angkat, sejujurnya om juga anggap mama kamu itu istri om looo.... gak tahui mama lu mau gak sama om...hehehe..." sindirnya lagi.
"Mau koq banggg... mauuu...!!! jawabku ketus.
"Trus Papa ku yang di rumah gimana Maaaa....??? tanya Evelyn.
"Tenang sayanggg.... om ini cuma suami gelap Mama... suami yang sah itu masih Papa lu yang di rumah... oke?! tegasku.
"Hahahaha... yang gelap-gelap bisa bikin Mama lu lebih puas lo Linn....!!! candanya.
"Idihhh... genit om ini... gak malu omongin orang dewasa kalo ada aq...? ucap Evelyn.
"Velinn sayanggggg... om kan udah pernah bilang kalau elu tuh udah dewasa... sudah mengerti banyak hal termasuk persoalan orang dewasa..." tegas bang Anwar.
"Gak mau ahh.. jadi malu aq kalo om bilangin Velin begitu..." ngambek Evelyn.
"Malu apaan sih Linn...?! Om tegasin sekali lagi... sekarang kita ini sudah menjadi satu keluarga, jadi saya tegaskan sama kalian berdua, sebagai keluarga kita tidak perlu malu... kita semua harus saling terbuka satu sama lain... kalau mau tertutup berarti kita bukan keluarga.... jelas kalian ..?! ucap bang Anwar dengan penuh wibawanya seakan merangkul aku dan Evelyn menjadi keluarga yang utuh. Bahkan Afukpun tidak pernah mengucapkan kalimat begini selama menikah.
"Jelasss omm...!! Hehe..." celutuk Evelyn.
"Apa nya jelas...?! Coba Velin ulangi lagi ucapan om...!! Tegas bang Anwar.
"Hmmm... apa ya ?! Oh iyaaa Velin ingat... sebagai keluarga kita harusnya saling terbuka... gitu kan om ?!?! Ucap Evelyn dengan gelagat kekanakannya membalas bang Anwar yang dianggapnya bak Papa Angkat.
"Bagusss... bagusss....hmmm tapii......" ucap bang Anwar ragu.
"Tapii apa ommm.....??? Tanya Evelyn.
"Gak jadi deh Linn....." jawab bang Anwar.
"Loh banggg.... barusan dibilang keluarga harus terbuka.. koq abang sendiri gak terbuka sama kami...?? Gimana sih..?? Sanggahku.
"Baiklah.. om mau kalian jujur... apa kalian gak malu jalan sama orang pribumi yang hitam jelek kayak om ini...?? Tanya bang Anwar.
"Ling... lu ga malu andai lu punya suami laki pribumi...?? Apa PeiLin ga malu punya bapak angkat kayak gini? Coba kalian jujur sama bapak...?? Tampaknya bang Anwar bertanya serius.
"Ngapain malu sihh.... kalo Velin sih ga ya om..." jawab Evelyn tanpa pikir panjang menurutku.
"Kenapa diam Linggg.....?? Tanya bang Anwar.
Sejujurnya pertanyaan ini sempat membuatku ragu untuk menjawab antara ya dan tidak. Mungkin selama ini aku tidak merasa malu karena masih tinggal di kampung. Namun aku bisa merasa malu bila tinggal di kota dimana banyak orang Tionghoa sepertiku. Apa yang akan mereka katakan bila melihatku jalan sama lelaki pribumi, pasti aku akan diremehkan sama kayak mereka meremehkan orang pribumi apalagi bang Anwar ini orangnya hitam khas orang pribumi dan gak terlihat orang kaya atau berstatus sosial tinggi. Tidak ada yang bisa kubanggakan di depan orang terutama dalam kalangan keluarga besarku. Agaknya aku sulit menjawab jujur.
"Ehh... gak koq banggg... gaa malu sama sekali..." jawabku ragu. Semoga bang Anwar tidak menyadari meraguanku.
"Benarkahh..?! Abang senang sekali kalau kalian bisa menerima saya apa adanya...." ucap bang Anwar.
Setelah obrolan panjang dan serius, akhirnya kami tiba di pantai. Suasana pantai nya tidak terlalu ramai pengunjung, padahal hari ini hari libur nasional. Kata bang Anwar ini pantai belum dikenal orang, bahkan namanya pun belum ada. Pantai ini dikelola oleh orang lokal dan pengunjungnya pun kebanyakan orang lokal daerah sini. Kata bang Anwar pantai ini tidak lama lagi akan dibeli oleh orang luar negeri untuk dibangun wahana bermain. Kasihan sekali orang lokal sini jadinya tidak punya penghasilan bila pantai yang indah ini diambil alih oleh orang luar.
Panas terik matahari masih membara di pesisir pantai ini. Kami menyewa sebuah pondok yang menghadap ke pantai untuk berlindung dari paparan sinar matahari sambil makan siang bersama menunggu waktu yang tepat untuk turun ke tepi pantai.
Evelyn tampaknya makin dekat dengan bang Anwar. Sudah lama aku tidak melihat Velin bersenda gurau sampai tertawa lepas. Akupun tersenyum bahagia melihat Anwar dan Velin bercengkrama bagai ayah dan anak yang akrab. Tidak jarang Evelyn menunjukkan sifat manjanya di depan bang Anwar. Kadang dia memukul dan mencubut lengan bang Anwar tanpa merasa segan karena sangkin dekatnya mereka. Begitu pula bang Anwar pun tidak segan merangkul Evelyn bagai putrinya sendiri.
Tidak terasa waktu senja telah tiba. Saat yang tepat untuk turun bermain air di pantai. Evelyn tampak bersemangat sekali ingin turun ke pantai. Dengan bergegas dia melepaskan baju dan celana, hingga menyisakan pakaian renang model bikini yang sudah dikenakan sejak dari rumah.
"Wahhh...seksi sekali anak om..." puji bang Anwar melototi tubuh Evelyn yang hanya tertutup bra dan celana renang sangat mini.
"Linnn... jangan lupa pake sunblock biar ga item kulit lu...!! sahutku mengingatkan Evelyn.
Meskipun suhu udara tidak sepanas tengah hari, aku harus memakai krim sunblok agar kulit kami tidak menjadi gelap akibat paparan sinar matahari.
"Ommm...Tolong usap krim sunblock ke punggungku dongggg....." pinta Evelyn manja.
Evelyn berbaring terlungkup dan bang Anwar mulai mengusap punggung putriku.
"Linn.. ini baju renang nya mengganggu sekali.. om lepasin yaaa..... "
"Iyaaa ommm... gampang dilepas koq tinggal tarik aja tali ikatannya..." ucap Evelyn.
"Waahh... mulus sekali punggung kamu dekk... dipakein krim jadi makin mulus ajaaa....." puji bang Anwar sembari mengosok punggung Evelyn.
Saat kuperhatikan bang Anwar yang sibuk mengusap punggung putriku yang berbaring posisi terlungkup, kenapa timbul rasa cemburu dalam hatiku. Apalagi melihat Evelyn begitu menikmati pijatan bang Anwar dan bahkan aku mendapati tangan bang Anwar makin berani menyentuh pinggiran buah dada Evelyn yang menempel ke lantai pondok.
Rasanya muncul perasan tidak mau kalah dengan putriku, kulepas juga pakaianku sendiri. Model pakaian renangku dengan Evelyn bisa dibilang sangat mirip, sama-sama bikini. Akupun kepingin diusap sunblok oleh bang Anwar.
Sembari menunggu giliran, kuperhatikan sekeliling ternyata kami sangat menarik perhatian pengunjung pantai yang lalu lalang di sekitar pondok yang kami tempati. Itu karena pakaian renang kami yang sangat mini dan lagipula hanya aku dan Evelyn pengunjung yang keturunan Chinese. Tidak heran kami sangat menyita perhatian banyak orang lokal.
Dari sekian banyak pengunjung yang melirik ke arah kami, tidak jauh dari posisi pondok kami, aku mendapati ada sekelompok bapak-bapak yang usianya sepantaran dengan bang Anwar terus menerus memperhatikan kami. Bahkan salah seorang dari mereka berani sekali melemparkan senyum sinisnya padaku sehingga aku tidak berani merespons terhadapnya.
"Lingggg.... sini abang oleskan krim sunblok ke tubuhmu...." bang Anwar selesai dengan FeiLin, kali ini giliranku. FeiLin yang gak sabar sudah lebih dulu turun sendiri ke pantai untuk bermain air. Sedangkan aku berbaring terlungkup dan bang Anwar tanpa permisi langsung melepas baju renangku agar leluasa mengusap punggungku. Tanganku menahan baju renangku agar jangan sampai terjatuh.
"Ohh.. nyaman sekali dipijat sama abanggg...." pujiku merasakan sensasi pijat bang Anwar seperti sedang relaksasi Spa. Memang pijat adalah salah satu keahlian bang Anwar.
Sembari menikmati pijatan, tak sengaja kuarahkan pandangan ke arah sekelompok bapak-bapak tadi, ternyata masih belum berhenti memperhatikan gerak gerik kami seakan menyimpan suatu niat. Namun aku gak perlu takut karena ada bang Anwar yang akan melindungiku.
"Balik badan Linggg... sekarang bagian depan abang olesin krim...." ucap bang Anwar. Kubalik tubuhku dan tidur dengan posisi terlentang. Salah satu tanganku menahan baju renangku agar menutupi buah dadaku.
"Bajunya dibuka donggg... biar isinya abang olesin sekalian.. hehehe...." goda bang Anwar.
"Jangan donggg... nanti banyak orang yang liatin loooo...." tolakku.
"kalo nenennya itam gimana dongggg....?!
"Ya udahhh... cepattt usapin nenenku sebelum ada yang lewat..." desakku. Telapak tangan bang Anwar dengan cekatan mengusap dan meremas-remas payudaraku.
"Geliii bangggg... putingku jangan dimainin dongggg....!!! nolakku saat jemarinya menelintir puting susuku. Sujujurnya aku mulai terangsang bila payudaraku disentuh apalagi puting susuku dipermainkan gitu bisa membangkitkan gairahku.
"Pintilnya mengeras sayanggg.....gemes abang jadinyaaa... hehe..." godanya.
"Sudahhh ah banggg.... nanti Velin kelamaan nungguin kitaaa...."
Selesai acara oleh krim sunblock, bang Anwar melepaskan pakaiannya sendiri menyisakan celana ponggol lalu kami bergandengan tangan berjalan menyusul Evelyn yang duduk sendiri di tepi pantai. Kami duduk bertiga menikmati angin dan ombak pantai. Bang Anwar duduk ditengah, kedua tangannya merangkul aku dan Evelyn. Sebagai wanita yang mendambakan kebahagiaan keluarga, suasana ini sangat menciptakan kesan yang hangat dan indah bagai keluarga yang utuh.
"Bruuuuuarrrr....!!! tiba-tiba ombak besar menerjang kami membuat sekujur tubuh kami kebasahan.
"Yaaaahhh... basah dehhh...!!! ucapku.
"Hahahaha...!!! gitu dong baru seru Maaaaa....!!! Liburan ke pantai kalau gak basah gak asyik looo....!!! seru Evelyn.
"Betul kata lu Dekkk.... main ke pantai ya harus basahhh...." tambah bang Anwar.
"Hai Bang Anwarrr sayangggg....!!! Lama gak bertemu.... apa kabarnya....??? beberapa wanita lokal berpenampilan cukup seksi menyapa bang Anwar dengan panggilan mesra.
"Wah wahhh... kebetulan sekali ketemu kalian di sini..." balas bang Anwar. Dari sikap mereka terlihat mereka sudah saling kenal dan sangat dekat. Soalnya salah seorang yang menyapa bang Anwar berani sekali menepuk-nepuk lengan bang Anwar.
"Lagi sama siapa ke sini banggg....??? tanya salah seorang dan mereka semua melirik ke arahku dan Evelyn.
"Kenalin nih sama orang rumahku... Linggg kenalin ini kawan abang...." ucap bang Anwar mengajak kami saling berkenalan dan berjabat tangan.
"Hai cici... salam kenal, saya Erni... yang ini Sri dan yang ini Nur...." seorang dari mereka yang bernama mbak Erni memperkenalkan diri dan temannya.
"Salam kenal juga mbak... saya Linda dan ini anak saya Evelyn...." salam perkenalanku.
Usai berkenalan, mereka langsung mengelilingi bang Anwar seakan ingin menggodanya. Sebagai wanita tentu ada rasa kesal dengan sikap mereka karena merasa tersaingi. Apalagi dari cara berpakaian mereka termasuk seksi dan bentuk tubuh mereka yang cukup berisi. Wajah mereka pun tergolong cantik untuk ukuran wanita pribumi.
"Oke banggg... kami bertiga juga nginap di penginapan sini... nanti abang boleh nelpon ke hape aku kelo rindu... nomor hape aku masih abang simpan kan...?? tanya mbak Erni.
"Iya say.... kapan-kapan abang kontak ya...!!! balas bang Anwar bikin aku makin kesal dan mereka pun mulai berpisah.
"Siapa mereka...?!?! tanyaku kesal mencubut lengan bang Anwar.
"Aduhhh Linggg... kenapa marah sihh...?! Mereka itu kawan abang..." jawab bang Anwar.
"Kawan koq pake acara sayang sayanggg...?! pasti bukan kawan biasa... siapa mereka...?? tanyaku pengen tahu.
"Terus terang mereka itu wanita penghibur alias PSK gitu Linggg...." ucap bang Anwar.
"Jadi..?! Abang pernah dong main sama mereka... ayo ngaku jujur banggg...abang bilang sendiri sebagai keluarga harus saling terbuka...!!! desakku. Bang Anwar tersentak dan terdiam sejenak.
"Baiklah abang jujur dan terbuka saja sama AiLing... dulu pernah sayanggg.... tapi sejak abang mau serius dengan AiLing, abang sudah gak berhubungan dengan mereka... tapi kalo anggota abang masih sering pake mereka... abang sih ngak lagi...." ngaku Bang Anwar.
"Beneran yaaaa.... abang jangan bohong sama aku... sudah cukup hatiku dibikin capek sama Afuk.. aku berharap abang jangan mengecewakan aku lagi...." kataku.
"Abang janji gak akan kecewain kamu sayangggg.... makanya abang berkata jujur sama kamu tapi abang gak berharap keterbukaan abang membuat AiLing marah sama abanggg...." ucapnya.
"Maafin aku banggg... aku cuma takut dikecewain lagi...."
"Maaaa......ommm.....!!! Udahan belom?! Ayooo donggg kita turun lagi biar lebih seru...!!! sahut Evelyn menarik kedua tangan tanganku dan bang Anwar untuk melangkah lebih jauh dari tepi pantai.
Evelyn mulai usil, dia menyembur air laut ke arahku dan bang Anwar membuat suasana hati yang tegang menjadi cair kembali. Akupun hendak membalasnya namun kecepatanku kalah dengan Velin hingga aku minta ampun padanya dan menyingkir naik ke tepi pantai. Sedangkan bang Anwar tidak mau kalah. Mereka berdua saling berbalasan menyemburkan air hingga Evelyn yang kelelahan dan minta ampun pada bang Anwar. Keduanya tertawa terbahak-bahak puas saling membasahi.
Saat bang Anwar berbalik badan, tiba-tiba Evelyn melompat naik ke atas punggung bang Anwar bagai ayah dan anak yang sangat dekat. Lagi-lagi kedekatan itu memunculkan rasa iri hati sekalgus cemburu dalam batinku. Pikiranku bertanya-tanya kenapa mereka bisa sedekat ini ?
Mungkin aku yang terlalu berpikir jauh. Kucoba mengalihkan perasaan aneh ini dengan menoleh ke arah yang berbeda. Tidak jauh dari sana, seorang bapak yang tadi melempar senyum padaku sedang berdiri di arah belakangku sedang mengamati gerak-gerik kami sambil mengisap rokok. Lagi-lagi kami bertemu pandang dan dia tersenyum namun tidak kutanggapi. Kali ini bapak itu berdiri lebih dekat sehingga aku bisa melihat lebih jelas wajahnya. Rasanya aku tidak terlalu asing dengan wajah bapak itu, namun aku agak lupa dimana pernah bertemu. Dan, mau apa sebenarnya bapak itu terus berkeliaran di sekitar kami ?
Puas bermain air, Evelyn berlari ke arahku dan disusul bang Anwar berjalan dengan santai.
"Permisi... apakah mau berkuda di tepi pantai...?? tiba-tiba ada seorang pria lokal menarik dua ekor kuda menawarkan kami.
"Mauuu dongggg bangggg..... ayooo kita naik kuda pasti seru banget dehhh....!!! Evelyn bersemangat sekali. Ternyata harganya cukup murah dan bang Anwar menyanggupi permintaan Evelyn.
Tadinya aku gak mau ikut karena aku gak bisa menunggang kuda. Tapi karena desakan Evelyn, terpaksa aku ikut berkuda. Demi keamanan, Evelyn berkuda ditemani bang Anwar yang duduk di belakangnya, sedangkan aku ditemani pria lokal yang tadi menawarkan dan dia duduk di belakangku memegang kendali kudanya.
Seru juga menelusuri sepanjang pesisir pantai dengan menunggung kuda. Evelyn semakin semangat dan kuda yang mereka tunggangi berlari semakin kencang, ketika kuda yang kutunggangi bersama lelaki lokal ini hendak melaju kencang, rasanya semakin kencang angin yang bertiup pun semakin kencang pula membuatku merasa kedinginan karena sekujur tubuhku telah basah kuyup.
Tidak kuat menahan terpaan angin pantai, akhirnya aku minta kepada pria lokal itu untuk memperlambat laju kuda. Akibatnya kami ketinggalan jauh dan semakin jauh. Dari jauh terlihat kuda Evelyn dan Bang Anwar memasuksi wilayah perkampungan. Dengan laju yang tetap lambat, kuda kami tiba juga di wilayah perkampungan tersebut. Namun aku tidak lagi melihat dimana Evelyn dan bang Anwar.
"Paaakk.. kita kehilangan kuda yang didepan tadi...!!! sahutku.
"Tenang mbak...cepat lambat kita akan menyusul mereka..." ucap pria pemilik kuda itu.
"Ngomong-ngomong mbak orang mana...?! Pasti mbak ini tinggal di kota ya...?? tanya pria itu.
"Anda salah Pak... aku tinggal di kampung... bukan di kota..." jawabku.
"Yang benar mbak...?? masa ada orang cina tinggal di kampung..??? mas gak percaya...." ucapnya.
"Memang jarang orang cina tinggal di kampung tapi bukan berarti gak ada lo Pakk... eh massss maksudku..." jawabku.
"Baru kali ini ada wanita secantik mbak yang berkunjung ke sini, apalagi dapat kesempatan mas temani... beruntung sekali mas hari ini bisa dapat pelanggan wanita cina... hehehe....!! godanya.
"Nama saya mas Zaki.... nama mbak siapa sihhh....?? tanyanya.
"Namaku Linda..." jawabku singkat
"Itu yang di dapan kita tadi suami dan anaknya...?? tanya mas Zaki.
"Hmmm... bisa dibilang begitu sih.." jawabku ragu.
"Maksudnya apa dibilang begitu... itu suami dan anak nya mbak bukan...?! rasanya dia kepengen tahu.
"Yang perempuan itu memang anakku... tapi yang laki-laki itu mungkin lebih cocok dibilang pacarku..."
"Pacar ?! tapi udah tidur seranjang ya.. ? hehehe...."
"Emang gak boleh tidur seranjang... toh kami sama-sama sudah pernah menikah.... apa salahnya ?! kataku membela diri.
"Ya ga salah sih mbak... asal suka sama suka saja.... pengen juga punya istri yang kayak mbak ini.... putih dan seksi.... tapi mas sadar diri kalau mas ini orang nya jelek...."
"Tapi mas ini punya kelebihan koq... menurut aku tubuh abang ini meskipun hitam tapi ateletis kayak bina raga...." kuhibur dia agar jangan berkecil hati.
"Itu karena mas sering latihan gym di Abdul Gym... mbak mungkin gak tahu di mana Abdul Gym... iya kan..?!
"Oh tahu itu mas... soalnya anakku sering ngegym di sana loo.... namanya Rizal, apa mas pernah ketemu dia...??" kataku.
"Dek Rizal itu anak mbak toh...?! Mas gak nyangka atuh...!!!
"Kenapa ?! Mas gak percaya sama aku....??
"Bukan mbak... soalnya dek Rizal itu lebih mirip sama orang kita pribumi daripada mbak yang putih..." menurutnya.
"Memang betul sih mas... bapaknya memang orang pribumi... itu yang di depan kita itu bapaknya mas..."
"Nahh kalau dek Rizal memang lebih mirip bapak yang di depan itu tadi...."
Sementara kami terus ngobrol saling mengenal sambil berkuda, kami memasuki wilayah yang semakin sepi. Saat angin tiba-tiba bertiup, kembali rasa dingin merasuki tubuhku. Dengan spontan mas Zaki memeluk erat tubuhku. Kedua lengannya yang gelap akibat tiap hari terpapar sinar matahari menawarkan jasa tunggang kuda, merangkul erat lingkar perutku.
Aku ingin menolak namun dekapannya sedikit memberiku kehangatan di tangah hembusan angin pantai. Menyadari aku tidak menolak perbuatannya, kedua lingkar tangannya naik mengenai pangkal buah dadaku yang tertutup bra, akibatnya buah dadaku semakin menonjol ke atas. Dari belakangku, Mas Zaki bisa melihat dengan jelas bulatan dan garis belahan bukit kembarku yang mulus.
Kurasakan sesuatu yang keras mengenai area pinggulku. Sebagai wanita dewasa, aku mengerti bahwa mas Zaki sedang terangsang dan benda keras itu adalah alat kelaminnya. Kami berdua terdiam canggung dan tidak berani berkata apapun sembari kuda terus melaju dengan santai. Goyangan demi goyangan kuda melaju, terasa seakan benda keras itu menyodok-nyodok area antara pinggang dan bokongku.
Perlahan-lahan laju kuda semakin kencang dan sodokan benda keras itu semakin kencang menyentuh punggungku. Kedua bongkahan bukit kembarku turut bergoncang mengikuti irama goyangan kuda yang melaju. Kini rangkulan kedua lengan mas Zaki semakin bergerak naik. Kedua buah dadaku seakan ingin diremuk dengan lingkar kedua lengannya yang saling bersilangan. Situasi ini cukup membuatku serba salah, antara pasrah menerima perlakuan mas Zaki yang perlahan membangkitkan birahiku, atau mencoba menahan diri.
"Mamaaaaa....!!! terdengar seruan Evelyn yang memanggilku dari jauh di depan.
Akhirnya kami sampai kembali di pondok yang kami tempati. Tidak terasa, sekitar satu jam lebih aku menunggung kuda menelusuri pantai sampai masuk ke wilayah perkampungan lokal. Mas Zaki pun turun lebih dulu dan dari bawah hendak membantuku turun dari kursi tunggangan kuda yang tinggi. Karena kurang hati-hati, saat turun dari kuda tanpa sengaja kakiku tidak menemukan pijakan maka aku tergelincir kebawah. Untung ada mas Zaki yang menangkapku dan aku jatuh dalam pelukannya. Aduh, malu sekali rasanya kejadian ini disaksikan oleh mereka.
Waktu mulai petang, langit mulai gelap, angin pantai berhembus semakin kencang begitu pula ombak semakin kencang menerjang pantai. Sudah waktunya kami masuk ke kamar rumah penginapan yang sudah di-booking bang Anwar. Demi menghemat pengeluaran bang Anwar hanya menyewa satu kamar untuk bertiga. Bentuk rumahnya unik sekali. Halaman terdapat teras kecil, satu ranjang dan kamar mandinya punya agak sempit. Meskipun begitu, masih muat untuk ditempati kami bertiga.
Seharian berlalu dari perjalanan sampai bermain di pantai, rasanya tubuhku agak lelah. Jangankan aku yang cukup berusia, Evelyn yang masih muda pun mengaku dia lelah dan pengen berbaring santai diranjang.
Berbeda dengan bang Anwar yang masih tampak segar bugar meski waktu telah menunjukan pukul 10 malam. Bang Anwar memang seorang pria yang sehat secara fisik. Sementara Evelyn berbaring sendiri diranjang sambil bermain hape, aku dan bang Anwar berdua duduk di depan teras menikmati pemandangan malam tepi pantai.
Suasana malam di pantai ini cukup sepi, karena masih jarang pengunjung luar daerah. Kebanyakan masih pengunjung lokal yang datang dan pulang sehingga jarang ada yang menginap.
Percakapan kami makin malam makin intim. Acara cium-ciuman tak terhindarkan melengkapi obrolan mesra kami ditemani alunan suara ombak dari kejauhan pantai. Saling sentuh dan raba sudah menjadi hal yang biasa dalam hubungan kami bagai suami istri.
Tangan bang Anwar dengan bebas menyusup kedalam baju tidurku. Malah aku sengaja tidak pakai bra dan pilih baju longgar agar tangannya kapan saja leluasa mempermainkan kedua buah dadaku.
"Tadi sore dari jauh abang lihat itu si mas penunggung kuda meremas tetek lu Linggg...." ternyata kedapatan oleh bang Anwar.
"Oh itu tadi mas Zaki gak sengaja memelukku karena aku kedinginan kena angin pantai....terus dia makin berani meremas nenenku bang..." jelasku dengan suara gugup.
"Terus lu biarkan saja dia meremas tetek lu ini..." ucap bang Anwar, tangannya mempermainkan puting susuku.
"Aaaarrrghh...!! Maaf bangggg aku tadi kedinginan jadi kubiarkan saja...." alasanku.
"Hehehehe... gak apa sayanggg.... abang gak menyalahkan kamu koq... lu berhak merasakan kenikmatan dari siapapun asal sepengetahuan abang saja... selama AiLing terbuka dan jujur abang gak akan marah....oke?! bang Anwar mencoba menenangkan aku.
"Aaagghh... geli bangggg....aaahhh....!!! puting susuku terasa mengeras menerima sensasi permainan jari bang Anwar.
"Enak gak tetek lu diremas sama mas Zaki... ngaku Linggg...." bisiknya.
"Mmmhh...enakk juga banggg tapi gak seenak tangan abangggg....." jawabku.
"Yang bener Lingggg..... kalau remas mas Zaki lebih enak dari punya abang juga gak masalah buat abang... yang penting kamu menikmati...." sindir bang Anwar.
"Bener banggg... abang lebih pinter mainin nenenku... jilati putingku bangggg...." kukeluarkan buah dadaku dari baju tidurku yang longgar ke wajah bang Anwar. Dengan beringas kedua buah dadaku yang sudah mengeras dilahap sambil diremas oleh bang Anwar dengan kuat.
"Abang sudah dari tadi sore pengen mengisap tetek kamu Linggg..... mmmhhh....masih kencang aja tetek lu.... pantesan banyak laki kayak mas Zaki tertarik pengen merasakan tetek cina ini....mmmhhh...." ucap bang Anwar menjilati buah dadaku.
"Iyakahhh...?! Tapi abang yang lebih beruntung donggg bisa ngerasain tetek aku.... isappp yang kuatt banggg....aaahhhh...yaaahhh... gituuu....aaahhh enakkkk bangggg....!!!!
Tanganku mencoba mengincar kemaluan bang Anwar. Kusentuh senjatanya yang masih tertutup celana ternyata sudah mulai mengembang. Aku tahu ini ukuran segini belum maksimal.
"Kita masuk ke kamar yukk... abang udah pengen nih...." ajaknya.
"Tunggu banggg... si Velin udah tidur belummm....?! tanyaku.
"Udah sayang... tuh liat dek FeiLin udah tidur, tapi lu kalau abang entot jangan teriak-teriak biar Velin gak bangun...." pesan bang Anwar.
Dengan mengendap-endap kami masuk ke dalam kamar. "Ah aduh..."Tiba-tiba perutku keram. Oh tidak, aku haid di waktu yang kurang tepat. Kalau sudah begini aku tidak bisa melanjutkan percintaan dengan bang Anwar, tapi aku takut untuk mengecewakan dia.
Kuminta bang Anwar untuk duduk di ranjang, aku berlutut di depannya, kuturunkan celananya dan mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi. Bang Anwarpun aktif menarik baju tidurku menyisakan celana dalam. Dengan cepat kugenggam dan kugosok sambil kuisap-isap kemaluan itu. Lama kelamaan makin mengeras dan bertambah panjang hingga sempurna. Sungguh kelamin lelaki yang amat perkasa di mataku.
"Srrruuuupppp....mmhhhhh......mmmhhhhh....srrruuuppp aaahhhh....!!!
"Suka ya sama kontol abanggg... semangat sekali lu mainin kontol abanggg... hehehe...." sindirnya.
Terus terang aku berjuang agar dengan cari begitu aku dapat memuaskan nafsu bang Anwar. Kukerahkan segala kemampuanku, mulai dengan mulit tangan bahkan kuapit penisnya dengan kedua buah dadaku lalu kugosok-gosok sambil kujilati. Berharap sekali bang Anwar segera ejakulasi.
Diam-diam tangan bang Anwar menyusup ke dalam celana dalamku, jarinya menusuk ke dalam vaginaku. Tidak lama jemarinya mencolek rongga vaginaku, jarinya keluar dari celana dalam ku hendak dilepasnya.
"Hah..?! Apa ini ?!?! Lu lagi datang bulan ya....!!!?? bang Anwar tersentak melihat jarinya berlumur bercak darah.
"Kenapa banggg....?! Lanjutin ajaaa kalau abang mauu...." kataku.
"Tidak boleh...!!! ini harammm...!!! seru bang Anwar kecewa.
"Maaf banggg...aku juga gak berharap sampai begini... tapi aku akan berusaha bikin abang puas biarpun abang gak masukin penisnya ke dalam...." ucapku.
"Ck...!! Susah sayanggg kalau kontol abang gak masuk ke memek lu... abang gak bisa puas...!!! ucapnya agak kesal.
"Kalau cara aku gak bisa gimana kalau abang saja yang kocok burung abang sendiri sampai keluar...?? saranku.
"LING..!!! Lu pikir abang ini laki-laki apaan pake cara ngocok sendiri... ?!?! Itu cara yang gak pantas buat seorang lelaki yang didepannya ada seorang wanita yang seharusnya bisa memberi kepuasan..." ucap bang Anwar marah.
"Bangggg... maafin aku donggg...!!! terus gimana donggg.... ini kan memang siklus wanita... aku gak bisa atur kapan mau datang bulan nya....hikss...hiksss...." aku merasa takut dengan kemarahan bang Anwar. Baru kali ini bang Anwar menunjukkan sedikit amarahnya. Melihatku mulai menangis, bang Anwar sedikit meredam amarahnya.
"Ya sudah kalau begitu... aku tidak menyalahku kamu Linggg.... asal kamu tahu... lelaki kalau nafsunya tidak tersalurkan itu tidak sehat secara emosi maupun fisik... jadi abang akan ke kamar mbak Erni minta tolong dia atau Mbak Sri atau mbak Nur juga boleh... bila perlu ketiganya kalau mau, abang siap ngentot sama mereka bergilir..." ucap bang Anwar dengan arogan.
"Jangannn banggg... jangann pergi ke sana...!!! Aku bukan bermaksud untuk menahan nafsu abang tersalurkan... itu hak abang karena hubungan kita belum sah... tapi ini demi kesehatan abang kalau main dengan wanita PSK sangat beresiko kena penyakit HIV banggg... aku gak mau abang sakit terus menular ke aku.... tolong pikirkan baik-baik kalau abang masih mau menjalani hubungan denganku...." ucapku menyakinkan bang Anwar agar berpikir jernih.
"Kalau gitu abang harus dimana donggg.... nafsu abang sudah diujung tanduk ini... abang harus gimana kalau gak boleh cari mbak Erni dan kawan-kawannya....???
"Ommm!!! Sama aku aja !!!! tiba-tiba Evelyn bangun dan menyela pembicaraan kami.
"Sorry yaaa... aku gak bisa tidur dan mendengar pembicaraan kalian.... Lin gak berharap Mama dan Om bertengkar... sini Velin aja yang bantuin om Anwar....." tawar Evelyn.
"Gakkk bole sayangggg... pokoknya jangannn...!!! Tidak tahu apa alasanya apa yang jelas aku tidak rela bang Anwar menyetubuhi putriku.
"Kenapa gak boleh Maaa....? Toh ini demi kebaikan om Anwar.... daripada om kena penyakit kan Mama juga yang susah...." balas Evelyn.
"Ayolah Linggg... tidak akan ada masalah... lagipula dek FeiLin sudah dewasa dan kamipun tidak punya hubungan darah... tidak ada salahnya kami ngentot... toh cuma kali ini ajaaa....!!! desak bang Anwar dan membuatku semakin ragu.
"Apa yang kamu pikirkan Linggg....?? Abang harap kamu sebagai wanita bisa memahami kebutuhan lelaki... orang kalau lapar butuh makan segera, lelaki kalau bernafsu butuh pemuasan segera... jadi kalau ini soal kebutuhan tidak boleh ditunda apalagi dihalangi.... Yang penting alasannya jelas....!!! tegas bang Anwar.
Kalau sudah dibilang begitu apa mau bilang apa lagi. Dalam posisi begini, aku tidak punya pilihan lain selain mengizinkan bang Anwar bersetubuh dengan Evelyn.
"Tapi banggg... tolong jangan hamili anakku... mas depannya masih panjang...." tegasku.
"Tenang Maaa... Lin tahu kalau om selalu sedia kondom... hehehe..." ucap Evelyn nakal. Tapi kenapa dia bisa sampai tahu privasi bang Anwar...?! Bahkan Evelyn yang berinisiatif mengambil dompet bang Anwar dan mengeluarkan sebuah kondom lalu diberikan ke bang Anwar. Bagaimana Evelyn bisa tahu kebiasaan bang Anwar menyimpan kondom di dompetnya. Aneh sekali.
Bagian bawah Bang Anwar sudah tidak mengenakan penutup apapun. Dengan kegirangan dia tinggal melepas pakaian hingga telanjang. Sedangkan Evelyn duduk manis di sisi lain ranjang menanti bang Anwar pelan-pelan naik ke ranjang menghampirinya.
Dengan pasrah Evelyn membiarkan bang Anwar tanpa sungkan menarik gaun tidur baby dollnya. Rupanya Evelyn tidak mengenakan penutup apapun di dalamnya termasuk celana dalam. Terpampang jelas sekali tubuh telanjang putriku dihadapan bang Anwar.
"Tubuh yang indah sayanggg... secara fisik dek FeiLin sudah matang sekali... sini om mau mulai cicipin tetek lu yang mancung ini..." bang Anwar mulai mengecup buah dada putriku dengan jilatan dan isapan lembut. Payudara putriku memang tidak sebesar punyaku, tapi dari bentuknya sangat menggoda kaum lelaki. Nafsu birahi bang Anwar makin membara melahap dan meremas payudara Evelyn.
Jantungku berdebar menyaksian apa yang terjadi di depan mataku. Evelyn merasakan kenikmatan, matanya dipejamkkan sambil mengigit bibir.
Puas mencicipi payudara putriku, kini bang Anwar mengajaknya berciuman bibir. Sungguh hatiku merasakan cemburu seakan bang Anwar yang kusayangi telah jatuh cinta pada putriku. Rasa cemburuku makin membara saat menyaksikan Evelyn menyambut ciuman bang Anwar dan merespon dengan penuh gairah sehingga mereka berciuman panas saling mengisap gak mau lepas.
Evelyn bukan anak perempuan yang pasif. Tangannya diam-diam menyentuh dan mengosok penis bang Anwar yang sudah berdiri dengan gagahnya.
"Nakal kamu dekk sama kayak mama lu.... sini buka memek lu lebar-lebar biar kontol om masuk ke dalam...." ucap bang Anwar dan Evelyn menjulurkan lidahnya bagai cewek genit.
"Tunggu bentar... kondomnya jangan lupa...!!! sanggahku.
"Ya benar juga... hampir lupa... hehee...!!! ucap bang Anwar.
"Sini Linnn.... masi cara pakai kondom yang om ajarin....??!! senyum mesum bang Anwar. Apa maksud ucapan bang Anwar, tanya batinku.
"Ingat dong om... nahhh begini kan caranya...." ucap Evelyn sambil mengoyak kemasan dan melapisi penis bang Anwar dengan kondom.
"Om... koq yang ini beda dengan yang kemaren itu..?! Lebih tipis bahannya....untung gak koyak dipasang ke kontol om yang gede ini...." ucap Evelyn.
"Betul katamu dekk... biar tipis tapi bahannya kuat.... om sengaja pilih yang lebih tipis jadi nanti waktu kontol om masuk ke memek lu kayak berasa gak pakai...." jelas bang Anwar lalu tubuh mungil Evelyn dibaringkan bang Anwar di ranjang dan dia mengambil posisi hendak memasukkan penisnya yang besar ke dalam kemaluan putriku yang mungil sesuai postur tubuhnya.
"Oh yaaa...?!! Cobain om tapi pelan-pelan masukinnya yaaa.....!!! Aaaaaarrrggghhhh.... beneran kayak gak pake ommm....!!!
"Enngghh.....ssshhh aaaahhh....ssshhhh.....aaahhh..." putriku merintih agak kesakitan kemasukan penis besar bang Anwar.
Untuk beberapa saat Evelyn dari desahannya masih kesakitan hingga lambat laun mulai beradaptasi dengan kemaluan bang Anwar.
"Masiiihh sakittt dekkk.....?? tanya bang Anwar sembari mengenjot Evelyn.
"Aaahhh....aaahhh..***aakk lagiii ommm... terusin ajaaa.... ini udah enakkkannn....aaahhhh....aaaahhhh....!!!
Sejujurnya aku juga kepengen merasakan kenikmatan dari bang Anwar yang dirasakan putriku. Rasa nyeri di perut tidak mampu menghambat birahi yang bangkit dari tubuhku. Namun mereka saling memberi kenikmatan sampai aku merasa diabaikan. Perasaanku bercampur aduk antara mengasihani diri dan cemburu buta. Sesekali aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, namun suara percumbuan mereka terus terdengar bergaung di kamar ini.
"Lingggg....!!! Sini sayangggg....!! panggil bang Anwar sembari mengenjot putriku.
Hatiku mendadak senang mendengar suara bang Anwar yang memanggilku. Dengan segera aku yang hanya mengenakan celana dalam mendekati mereka, dan bang Anwar merangkul pinggulku lalu kami berciuman. Cuuuppp....mmmhhh....cuuuupppp.....!!! Di atas ranjang ini kami bertiga saling mengisi dahaga akan birahi.
Kutemani bang Anwar dan Evelyn bersetubuh hingga mereka sama-sama mengapai kepuasan hingga melewati tengah malam. Keduanya menguras tenaga melepas birahi sampai kelelahan. Aku dan Evelyn mengakhiri persetubuhan bertiga dengan bersandar di kedua sisi pelukan bang Anwar hingga dia tertidur nyenyak dan mendengkur.
Kupandang wajah bahagia bang Anwar dengan putriku yang tidur dengan damai, sedangkan aku yang sedang datang bulan ini hanya bisa gigit jari menahan gairah bercampur rasa kram di perut menyebabkan aku terjaga sepanjang malam.
Kuputuskan untuk mencari angin di luar kamar sambil menunggu rasa kantuk. Rasanya bosan jika hanya duduk di teras, maka kuberanikan diri untuk melangkah lebih mendekati pantai. Di sana aku duduk sendiri di atas pasir putih ditemani hembusan angin dan suara ombak. Suasana tepi pantai sangat sepi dan cukup gelap karena penerangannya yang minim jauh di area rumah penginapan, tidak ada penerangan di tepi pantai.
"Sendirian aja ncik....? tiba-tiba ada seorang lelaki mengejutkanku, ternyata itu bapak yang dari sejak tadi siang mengamati kami.
"Eh, maaf Pakk... anda siapaa...?! tanyaku agak ketakutan.
"Tenang ncikk... masa lu gak kenal sana saya...??!! tanyanya seakan kenal.
"Maaf sekali lagi... saya lupaaa....atau mungkin kita gak saling kenal..." kataku.
"Saya Said, kita pernah ketemu di hotel dewata, tapi mungkin sudah lama jadinya situ sudah melupakan saya...." ungkapnya.
"Ya mungkin juga kita pernah ketemu... wajah bapak memang tidak terlalu asing buatku...." kataku.
"Oh ya... ncik lagi datang bulan ya...?! kasian ncik gak dikasih jatah sama lakinya....hehehe..." Pak Said tertawa cekikikan.
"Brengsekkk kau Pakkk... berani sekali bapak mengintip kami....!!! bentakku memarahi Pak Said.
Sejak kami tiba di pantai Pak Said tak lepas mengamati kami. Apa sebenarnya maunya Pak Said ? Apakah dia punya niat jahat ?
Banyak hal janggal dari percakapan Evelyn dan bang Anwar saat mereka bersetubuh, apakah mereka pernah melakukan ini sebelumnya ??
No comments for "𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟖𝟏 ~ 𝐓𝐚𝐦𝐚𝐬𝐲𝐚 𝐤𝐞 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐚𝐢 𝟏: 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚"
Post a Comment